KEARIFAN LOKAL DALAM SASTRA LISAN BESESOMBAU DI TAPUNG (Local Wisdom in Besesombau Oral Literature in Tapung)
Main Author: | Fatmahwati, Fatmahwati |
---|---|
Format: | Article info application/pdf eJournal |
Bahasa: | ind |
Terbitan: |
Balai Bahasa Sulawesi Selatan
, 2020
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://sawerigading.kemdikbud.go.id/index.php/sawerigading/article/view/670 http://sawerigading.kemdikbud.go.id/index.php/sawerigading/article/view/670/386 |
Daftar Isi:
- Besesombau is the oral literature spoken in the local Malay language, namely Tapung language, which has bequathed from generation to generation, and this oral literature is estimated existing since 600 years ago. As an art, Besesomabau reflects the way of life, traditional values, and knowledge of the local community. The three components established local wisdom. This study focuses on the disclosure and interpretation of the local wisdom contained in Besesombau’s oral literature. This study aims to find out the potential and existence of local wisdom of the Tapung community, which is traced by from, function, and meaning of the oral literature. The method used in this study is the descriptive-qualitative method that describes the research findings based on the empirical data. Primary data of this research are taking from utterances expressed in Besesombau and the secondary data are obtaining from observations and interviews regarding the context, situation, social, and culture. The research findings reveal that Besesombau is full of local wisdom of the local community. The language used is the local language enriched with certain idioms and language styles. Local wisdom functions as a convention that reminds Tapung people to keep close the relationships with God, human beings, and nature. The concept of local wisdom expressed in Besesombau reveals the necessity to dedicate to Allah, obedience to the customs, politeness to socializing, and the living to nature.AbstrakBesesombau adalah sastra lisan berbahasa lokal orang Melayu Tapung yang diwariskan turun-temurun dan diperkirakan sudah ada sejak 600 tahun lalu. Sebagai sebuah seni, Besesombau merefleksikan tata cara kehidupan, nilai-nilai, dan pengetahuan tradisional masyarakat setempat; ketiganya dapat dirangkum sebagai kearifan lokal. Kajian ini difokuskan pada pengungkapan dan penafsiran kearifan lokal yang terkandung dalam sastra lisan Besesombau. Tujuannya adalah untuk mengetahui potensi dan eksistensi kearifan lokal dalam kehidupan orang Tapung yang ditelusuri dari bentuk, fungsi, dan makna. Kajian ini mengadopsi metode penelitian deskriptif-kualitatif yang mendeskripsikan hasil berdasarkan data empirik. Data primer berupa tuturan yang diucapkan dalam Besesombau, sedangkan data sekunder diperoleh dari pengamatan dan wawancara tentang konteks, situasi, sosial, dan budaya. Hasil kajian menunjukkan bahwa Besesombau sarat dengan kearifan lokal masyarakat setempat. Bahasa yang digunakan ialah bahasa lokal yang diperindah dengan idiom dan gaya bahasa tertentu. Kearifan lokal tersebut difungsikan sebagai “konvensi” yang mengingatkan orang Tapung untuk senantiasa menjaga hubungan dengan Sang Khalik, sesama manusia, dan alam. Konsep kearifan lokal yang diungkapkan dalam Besesombau mengungkap keharusan untuk bertakwa kepada Allah swt, kepatuhan pada adat istiadat, kesantunan dalam bersosialisasi, dan kecintaan pada alam.