Perbandingan efikasi, biaya pengobatan dan penerimaan masyarakat terhadap obat malaria klorokuin dan artemisin combination therapy (ACT) di Puskesmas Hanura Lampung Selatan
Main Authors: | Subandriyo, Hery Djoko / Pembimbing: Iljanto, Sandi, Yovsyah / Penguji: Pujiyanto, Laihad, Ferdinand J., Duarsa, Artha Budi Susila |
---|---|
Format: | Masters |
Terbitan: |
2005
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://lib.fkm.ui.ac.id/file?file=digital/12249-Manuskrip T-2173.pdf |
Daftar Isi:
- Selama lima tahun terakhir angka AMI di Puskesmas Hanura Kabupaten Lampung Selatan cenderung meningkat. Salah satu faktor yang diduga berhubungan dengan kenaikan kasus ini adalah adanya resistensi obat. Resistensi obat malaria di Lampung pertama kali dilaporkan oleh NAMRU pada tahun 2000, penelitian terakhir yang dilakukan oleh Sutanto pada tahun 2002 memperlihatkan angka resistensi klorokuin di wilayah Puskesmas Hanura mencapai 80 %. Departemen Kesehatan menganjurkan untuk dilakukan penggantian obat malaria dengan Artemisin Combination Therapy ( ACT ), tapi di Puskesmas Hanura belum pernah dilakukan analisis kelayakan penggunaan obat Artemisin Combination Therapy ( ACT ). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kelayakan Artemisin Combination Therapy ( ACT ) sebagai obat malaria pengganti Klorokuin di Puskesmas Hanura Lampung Selatan tahun 2005. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Efikasi obat berupa kecepatan menghilangkan parasit, kecepatan menghilangkan gejala klinis; Penerimaan Masyarakat berupa efek samping dan sikap terhadap obat serta perbedaan efektifitas biaya. Dari hasil penelitian terhadap 56 penderita malaria yang menggunakan obat klorokuin dan 53 yang menggunakan obat ACT, diketahui bahwa dari lima variabel yang ada dan diduga berhubungan dengan efek pengobatan ( variabel jenis obat malaria, kepadatan parasit, berat badan, umur, jenis kelamin ) setelah diuji dengan analisis regresi sederhana dengan variabel dependen yaitu Efek pengobatan, ternyata yang mempunyai batas nilai signifikan ( p-value < 0,25 ) didapat 4 variabel ( jenis obat malaria, kepadatan parasit, berat badan, umur ). Dari 4 variabel tersebut kemudian diseleksi ( full model ) dengan uji signifikansi p-wald untuk melihat seberapa penting variabel itu masuk model ( dengan cara mengeluarkan satu persatu variabel yang mempunyai p-wald paling besar ). Dari seleksi tersebut tinggal satu variabel yang bertahan ( Jenis obat malaria ) dan mempunyai p-wald signifikan ( < 0,05 ). Skor penilaian kelayakan obat malaria didapat ACT mempunyai skor 9,67 dan klorokuin mempunyai skor 5,62. Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah Artemisin Combination Therapy ( ACT ) layak digunakan sebagai obat malaria pengganti Klorokuin di Puskesmas Hanura Lampung Selatan Melihat efikasi obat anti malaria terutama Klorokuin di Puskesmas Hanura 19,65 % perlu segera dilakukan kebijakan penggantian obat malaria yang efikasinya lebih baik (ACT). Pengobatan dengan menggunakan regimen obat anti malaria yang efektif (ACT) harus segera diperkenalkan dan dilaksanakan. Pemerintah daerah diharapkan dapat mengalokasikan anggaran daerah untuk pengadaan obat ACT. <hr><i> In the last five years AMI (Anual Malaria Inciden) rate in Puskesmas Hanura Kabupaten Lampung Selatan trend increased.. One factors that are predicted relation to increase this case is drug resistance. The first findung of Malaria drug resistance in Lampung reported by NAMRU at 2000, the last research by Sutanto at 2002 showed that resistance rate of kloroquin at Puskesmas Hanura Area is 80 %. Health Departemen of Republic Indonesia suggest that is done to change malaria drug with Artemisin Combination Therapy ( ACT ), but at Puskesmas Hanura never be done to analysis the fesibility of Artemisin Combination Therapy ( ACT ) as malaria drug. The objective of this studi to know the feasibility of Artemisin Combination Therapy ( ACT ) as a changed of malaria drug from Kloroquin at Puskesmas Hanura Lampung Selatan tahun 2005. The Variabel are used in this study are Drug Eficacy consist of the speed to lose parasite, the speed to lose malaria syndrome; The Community Acceptance are side efect and respon to the drug and the different of cost efective. The result of this study to 56 patient of malaria that use kloroquin and 53 use ACT, known that 5 varible are drug efect ( malaria drug kinds, the density of parasite , body weight, age, sex ) after tested by simple regeration analysis with dependent variable are treatment side efect pengobatan, have p-value < 0,25 are 4 variable ( malaria drug kinds, parasite density, body weight, age). For those variable (4 variable) are selected ( full model ) by uji signifikansi p-wald to know how important those variable to became in model ( the way by to get out one by one the varible that have p-wald very big ). From this selection just one varible that have p-wald signifikan ( < 0,05 ) is malaria drug kinds. The value skore of malaria drug feasibility that ACT 9,67 and kloroquin have score 5,62. The result of this studi that Artemisin Combination Therapy ( ACT ) feasible to use as a changed of Kloroquin of malaria drug at Puskesmas Hanura Lampung Selatan The eficacy of malaria drug, Klorokuin at Puskesmas Hanura just 19,65 %, so need the policy to change the malaria drug that the eficacy more better (ACT). The treatment by malaria drug more efective (ACT) soonly to promote dan be done. The local goverment have to alocate the budget to the ACT drug. </i>