Daftar Isi:
  • Dalam proses menghafal Al-Qur'an, motivasi merupakan salah satu aspek dinamis yang sangat penting. Dengan adanya motivasi dalam diri, proses menghafal akan lebih maksimal. Oleh karena itu Kyai sebagai Pengasuh Pondok Pesantren harus mempunyai strategi dalam meningkatkan motivasi santri dalam menghafal Al-Qur'an. Supaya santri yang merasa malas, bosan, dan jenuh dalam menghafal Al-Qur'an tidak berhenti ditengah jalan. Persoalan yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah bagaimana perhatian dan tanggapan kyai terhadap keinginan santri untuk menghafalkan alQur’an, suasana psikologis kyai ketika berada di lingkungan santri, cara dialog kyai dengan para santri, perilaku yang ditampilkan oleh kyai pada saat pertemuan dengan santri, dan kontrol yang dilakukan kyai terhadap perilaku santri di pondok pesantren tahfidz “Fathul Huda” Ringinanom Udanawu Blitar. Dasar penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan dengan analisis deskriptif. Pendekatan yang digunakan adalah kualitatif fenomenologi, penelitian ini dilakukan dengan memahami fenomena yang terjadi di masyarakat yang berkaitan dengan perilaku maupun tindakan-tindakan yang terjadi di dalam masyarakat yang kemudian menghasilkan data deskriptif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Adapun tujuan dari penelitian ini ialah untuk mendeskripsikan dan menganalisis secara terperinci pola asuh kyai dalam meningkatkan motivasi hafalan al-Qur’an santri di Pondok Pesantren Tahfidz “Fathul Huda” Ringinanom Udanawu Blitar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bentuk perhatian kyai adalah dengan melaksanakan program-program yang mendukung usaha santri dalam menghafalkan al-Qur’an. Suasana psikologis kyai ketika berada di lingkungan santri adalah selalu merasa nyaman, senang dan menganggap semua santri seperti anak sendiri. Ketika ada problem pelanggaran maka kyai langsung menyelesaikan problem tersebut dengan bermusyawarah. Cara dialog kyai dengan para santri dengan menggunakan bahasa yang santun, sehingga kyai sangat akrab dengan santri. Perilaku yang ditampilkan oleh kyai pada saat pertemuan dengan santri adalah menjadi figur seorang ayah. Kontrol yang dilakukan kyai terhadap perilaku santri dengan melakukan pengawasan selama 24 jam dan membentuk struktur pengurus pondok.