Peran Guru Dalam Menanamkan Life Skill Education pada Anak Berkebutuhan Khusus (Studi Kasus Kelas VIII di SMPLB Muhammadiyah Jombang ) Tahun 2016/2017
Daftar Isi:
- Salah satu tugas guru dalam pendidikan adalah memberikan wawasan ilmu pada peserta didik. Life Skill Education adalah pendidikan yang pada umumnya diberikan pada anak normal. Namun di SMPLB Muhammadiyah Jombang ini menanamkan life skill pada ABK dengan salah satu tujuannya kemandirian siswa ABK. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti tentang peran guru dalam menanamkan life skill education pada anak berkebutuhan khusus dengan fokus penelitian diantaranya yaitu : 1) Bagaimana peran guru sebagai pengajar dalam menanamkan Life Skill Education pada anak berkebutuhan khusus kelas VIII di SMPLB Muhammadiyah Jombang, 2) Bagaimana peran guru sebagai pembimbing dalam menanamkan Life Skill Education pada anak berkebutuhan khusus kelas VIII di SMPLB Muhammadiyah Jombang, 3) Bagaimana peran guru sebagai pelatih dalam menanamkan Life Skill Education pada anak berkebutuhan khusus kelas VIII di SMPLB Muhammadiyah Jombang, 4) Apa faktor pendukung dan penghambat guru dalam menanamkan Life Skill Education pada anak berkebutuhan khusus kelas VIII di SMPLB Muhammadiyah Jombang. Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan penelitian studi kasus. Data dari lapangan diperoleh melalui metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Tehnik analisis dengan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Keabsahan data diperoleh dengan perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan, dan triangulasi. Semua data dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif. Hasil analisis data menunjukkan: (1). Guru sebagai pengajar menyampaikan materi sebelum ketrampilan life skill , dan menjadi fasilitator. (2). Guru sebagai pembimbing merumuskan tujuan secara jelas, menetapkan waktu proses pelatihan kecakapan hidup, membimbing peserta didik ketika dalam kesulitan. (3). Guru sebagai pelatih berperan dalam membentuk keahlian dasar pada anak berkebutuhan khusus sesuai potensi masing-masing anak. (4). Faktor penghambat antara lain kondisi anak, biaya yang masih minim, stigma masyarakat. Faktor pendukung yaitu motivasi orang tua, sikap sabar guru, dan media berupa internet.