Daftar Isi:
  • Penentuan hitungan weton merupakan salah satu tradisi yang dipercayai dan masih dianggap penting oleh masyarakat Desa Deyeng. Penentuan hitungan weton adalah penentuan yang dilakukan sebelum diadakannya sebuah perkawinan antara calon pasangan dengan menghitung weton ( gabungan antara hari dan pasaran saat dilahirkan), dan bila dijumlahkan dan dibagi tiga tidak menyisakan nol maka boleh dilakukan, namun jika sisa nol maka disebut rampas. Bila hitungan dalam penentuan hitungan weton ini rampas maka dapat melakukan upaya lain yaitu dengan menghitung bulan dan hari waktu perkawinan sehingga mendapatkan hasil yang pas dan cocok, sehingga pasangan tersebut dapat melangsungkan perkawinan tanpa ada rasa gundah bagi dirinya sendiri dan keluarga besar. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Data diperoleh melalui hasil wawancara, observasi dan dokumentasi di Desa Deyeng Kecamatan Ringinrejo Kabupaten Kediri. Dari data yang diperoleh ini peneliti akan mampu menjelaskan bagaimana persperktif masyarakat dan bagaimana pandangan Islam sendiri mengenai hitungan weton. Akan dijelaskan bagaimana perspektif masyarakat Deyeng dan bagaimana pandangan Islam dalam menanggapi hitungan weton ini, dan cara menghitung weton dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kepercayaan hitungan weton masih sangat dipercayai hingga saat ini. Bersadarkan temuan pada penelitian ini,didapatkan hasil bahwa perspektif masyarakat Desa Deyeng mengenai penentuan hitungan weton masih dominan dipercayai dan masih kental dikalangan masyarakat Desa Deyeng tanpa mengenal stratifikasi sosial yang ada, seperti jenjang pendidikan, kemampuan finansial dan leluhurnya, kepercayaan ini diharapkan agar kehidupan rumah tangga yang akan dilalui berjalan dengan baik dan terhindar dari segala kesusahan. Namun berlainan dengan pandangan Islam sendiri berdasarkan nash yang ada, ada baiknya bila penentuan hitungan weton ini untuk tidak ditaati. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat Deyeng untuk mempercayai dan menggunakan hitungan weton tersebut adalah karena faktor dari dorongan orang tua, sikap untuk melestarikan kebudayaan dan tradisi nenek moyang mereka dan karena adanya sikap fanatik yang masih sangat kental dan ditakuti oleh masyarakat Deyeng mengenai hitungan weton tersebut akan keberlangsungan rumah tangga dari setiap pasangan dan calon pasangan yang akan menikah.