Makna Tari Cokek Bagi Penari Cokek: Studi Fenomenologi Pada Penari Cokek Di Kota Tangerang
Main Author: | Mardiah, Dian |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2017
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://kc.umn.ac.id/5189/6/HALAMAN%20AWAL.pdf http://kc.umn.ac.id/5189/1/BAB%20I.pdf http://kc.umn.ac.id/5189/2/BAB%20II.pdf http://kc.umn.ac.id/5189/3/BAB%20III.pdf http://kc.umn.ac.id/5189/4/BAB%20IV.pdf http://kc.umn.ac.id/5189/3/BAB%20V.pdf http://kc.umn.ac.id/5189/5/DAFTAR%20PUSTAKA.pdf http://kc.umn.ac.id/5189/7/LAMPIRAN.pdf http://kc.umn.ac.id/5189/ |
Daftar Isi:
- Tari Cokek merupakan tari penyambutan khas Tangerang yang dikenal sejak awal abad ke-19 dan berkembang di perkampungan pesisir Tangerang. Tari ini dikenal memiliki karakteristik yang khas dari penari cokeknya sendiri. Salah satu karakteristik yang melekat yaitu terlihat dari sebuah pakaian yang dikenakan saat melakukan tari tersebut. Namun, adanya pandangan negative di masyarakat membaut tari cokek dianggap sebagai sebuah plesiran saja. Perkembangan zaman juga menjadi salah satu alas an pudarnya karakteristik yang menjadi ciri khas dari tari cokek sendiri. Rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana Makna Tari Cokek bagi Penari Cokek di Kota Tangerang. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana penari cokek di Kota Tangerang memaknai tari cokek sendiri. Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan sifat deskriptif. Adanya pandangan negative di masyarakat mengenai tari cokek, membuat peneliti tertarik untuk melihat makna tari cokek dari subjek yang mengalaminya secara langsung sehingga penelit memilih menggunakan metode fenomenologi menurut Husserl. Teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam. Partisipan dari penelitian ini adalah ketiga orang penari cokek aktif yang sudah bergelut di dunia tari cokek selama lebih dari 20 tahun yang dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penari cokek memandang tari cokek sebagai sebuah mata pencaharian yang dapat membantunya dalam mendukung perekonomian keluarga. Hal ini dikarenakan adanya komodifikasi budaya yang membuat tari cokek berubah nilainya dari “nilai seni” menjadi “nilai uang”. Tari cokek bukan lagi menjadi sebuah tarian untuk mengukapkan ekspresi penarinya. Tetapi sudah dijadikan sebuah profesi.