pemaknaan anak tentang perbedaan pola komunikasi berbasis gender dari orang tua studi fenomenologi pada remaja lakilaki dan perempuan dalam keluarga di tangerang
Main Author: | Piyanieta, Piyanieta |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2017
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://kc.umn.ac.id/2728/1/HALAMAN%20AWAL.pdf http://kc.umn.ac.id/2728/2/BAB%20I.pdf http://kc.umn.ac.id/2728/3/BAB%20II.pdf http://kc.umn.ac.id/2728/4/BAB%20III.pdf http://kc.umn.ac.id/2728/5/BAB%20IV.pdf http://kc.umn.ac.id/2728/6/BAB%20V.pdf http://kc.umn.ac.id/2728/7/DAFTAR%20PUSTAKA.pdf http://kc.umn.ac.id/2728/8/LAMPIRAN.pdf http://kc.umn.ac.id/2728/ |
Daftar Isi:
- Gender mendasari laki-laki dan perempuan dalam berperilaku, berpikir, dan berkomunikasi. Gender merupakan hal yang sudah melekat dalam kehidupan sehari-hari karena merupakan salah satu budaya yang diwariskan dalam masyarakat menggunakan komunikasi, terutama oleh keluarga. Komunikasi dalam keluarga dari orang tua ke anak juga berbasis gender, yang dapat dimaknai berbeda oleh anak baik secara positif maupun negatif dan mendasari sikap dan komunikasi ke depannya. Skripsi ini berjudul “Pemaknaan Anak tentang Perbedaan Pola Komunikasi Berbasis Gender dari Orang Tua” yang meneliti pola komunikasi nonverbal berbasis gender dan verbal yang menyertainya dari orang tua ke anak, serta pemaknaan dari anak atas komunikasi tersebut. Acuan teori yang digunakan adalah Model Komunikasi Samovar dan Genderlect Theory, yang menggunakan metode fenomenologi. Data dikumpulkan melalui wawancara tanpa berencana dan tanpa struktur yang berfokus, serta observasi pada tiga keluarga di Tangerang. Data dianalisis dengan teknik analisis Van Kaam dan diuji dengan triangulasi sumber.. Hasil penelitian adalah budaya yang melekat pada orang tua dapat tidak melekat pada diri anak yang memicu budaya asli menjadi semakin bias; perilaku komunikasi orang tua berbasis gender menimbulkan emosi negatif pada anak laki-laki; laki-laki tidak selalu berkomunikasi dengan report talk untuk mendapat status sedangkan perempuan sering menggunakan rapport talk untuk koneksi yang tidak lepas dari pengaruh budaya keluarga; perilaku suara tidak lepas dari beberapa faktor seperti gender, emosi, tujuan komunikasi, lawan bicara, dan kepribadian; serta sentuhan oleh laki-laki terbatas sedangkan perempuan lebih bebas ke sesama perempuan yang tentu tidak lepas dari budaya keluarga dan sekitarnya.