Kompetensi komunikasi antarbudaya sebagai strategi dalam menghadapi culture shock (studi kasus mahasiswa-mahasiswi perantau Papua di Universitas kristen Indonesia)

Main Author: Fillycia, Fillycia
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: ind
Terbitan: , 2016
Subjects:
Online Access: http://kc.umn.ac.id/250/1/HALAMAN%20AWAL.pdf
http://kc.umn.ac.id/250/2/BAB%20I.pdf
http://kc.umn.ac.id/250/3/BAB%20II.pdf
http://kc.umn.ac.id/250/4/BAB%20III.pdf
http://kc.umn.ac.id/250/5/BAB%20IV.pdf
http://kc.umn.ac.id/250/6/BAB%20V.pdf
http://kc.umn.ac.id/250/7/DAFTAR%20PUSAKA.pdf
http://kc.umn.ac.id/250/8/LAMPIRAN.pdf
http://kc.umn.ac.id/250/
Daftar Isi:
  • Komunikasi antarbudaya sekarang ini menjadi sebuah isu yang aktual, di mana ketika individu tersebut memasuki lingkungan baru tanpa dibekali dengan kesiapan diri maupun kompetensi komunikasi antarbudaya, individu tersebut akan menghadapi culture shock. Agar mampu beradaptasi, individu tersebut perlu memiliki kompetensi komunikasi antarbudaya sebagai strategi dalam menghadapi hambatan tersebut. Penelitian “Kompetensi Komunikasi Antarbudaya Sebagai Strategi Dalam Menghadapi Culture Shock”, ingin mengetahui bentuk kompetensi komunikasi antarbudaya yang dimiliki mahasiswa-mahasiswi perantau Papua di Universitas Kristen Indonesia, sebagai strategi mereka dalam menghadapi culture shock. Model kompetensi yang digunakan untuk menjelaskan hal tersebut ialah, model kompetensi komunikasi antarbudaya Chen dan Strarosta, dan teori akomodasi komunikasi, sedangkan paradigma yang digunakan dalam penelitian ini ialah paradigma post-positivisme dengan metode penelitian studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa- mahasiswi perantau Papua di UKI yang menjadi informan penelitian ini belum memiliki kompetensi komunikasi antarbudaya. Terlihat dari model kompetensi komunikasi antarbudaya, mahasiswa-mahasiswi perantau Papua tersebut belum memiliki semua atribut di dalamnya sehingga saat memasuki lingkungan baru, mereka mengalami beberapa hambatan komunikasi melalui perbedaan-perbedaan yang ada, dan berakhir dengan stereotip, prejudice, etnosentrisme, dan culture shock. Selain itu jika dikaji dari dimensi budaya, mahasiswa-mahasiswi perantau Papua di UKI memiliki dimensi budaya individualisme, high-context cultures, low-power distance cultures, femininity, high-ambiguity tolerant culture, short term orientation dan indulgence. Melihat dimensi budaya yang dimiliki, mereka tergolong belum kompeten menghadapi culture shock saat memasuki lingkungan yang baru.