Kompetensi Budaya dan Manajemen Konflik dalam Pernikahan Antarbudaya (Studi Kasus Terhadap Pasangan Suami Istri Tionghoa dan Jawa)
Main Author: | Rafinanda Harisa, A. Rahdia |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed application/pdf |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2020
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://kc.umn.ac.id/14763/1/HALAMAN_AWAL.pdf http://kc.umn.ac.id/14763/2/DAFTAR_PUSTAKA.pdf http://kc.umn.ac.id/14763/3/BAB_I.pdf http://kc.umn.ac.id/14763/4/BAB_II.pdf http://kc.umn.ac.id/14763/5/BAB_III.pdf http://kc.umn.ac.id/14763/6/BAB_IV.pdf http://kc.umn.ac.id/14763/7/BAB_V.pdf http://kc.umn.ac.id/14763/8/LAMPIRAN.pdf http://kc.umn.ac.id/14763/ |
Daftar Isi:
- Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki berbagai macam budaya, kepercayaan, nilai, norma, etnis dan suku. Dengan keanekaragaman Indonesia yang sudah disebutkan di atas tentu negeri ini memiliki berbagai macam etnis di dalamnya. Hidup dalam masyarakat multikultur masyarakat tidak bisa terhindarkan untuk bertemu dan berinteraksi dengan etnis lain yang berbeda. Interaksi bisa dalam bentuk pertemanan, hubungan kerja maupun hubungan perkawinan. Salah satu bentuk persatuan dua budaya yang berbeda adalah pernikahan antarbudaya. Tentu setiap budaya memiliki adat istiadat dan gaya komunikasi yang berbeda, oleh karena itu kerap kali persatuan dua budaya tersebut dapat melahirkan sebuah konflik yang didasari oleh perbedaan budaya dari masing-masing individu yang terlibat dalam pernikahan tersebut. Untuk mencegah dan meredam konflik tersebut, diperlukan strategi manajemen konflik yang baik agar konflik dapat lenyap Dalam melakukan pernikahan antarbudaya, diperlukan kompetensi budaya yang baik agar dapat terciptanya hubungan yang baik. Pentingnya kompetensi budaya didasari oleh motivasi, pengetahuan dan keterampilan masing-masing individu. Kompetensi budaya perlu dimiliki setiap pasangan agar dapat terhindar dari konflik antarbudaya. Penelitian ini menggunakan Teori Face Negotiation oleh Ting-Toomey dan dikaji menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian studi kasus. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara terhadap pasangan dengan etnis Jawa dan etnis Tionghoa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi budaya yang dimiliki oleh setiap pasangan memiliki tingkat motivasi, pengetahuan dan keterampilan yang berbeda. Lalu sumber-sumber konflik yang kerap menjadi penyebab konflik dalam pernikahan antarbudaya adalah ekspresi dan intonasi suara yang, perbedaan budaya individualistik dan kolektivis, stereotip, mendidik anak, keuangan, dan perbedaan selera makan. Dalam melakukan manajemen konflik, pasangan memilih untuk menggunakan metode akomodasi dan metode kolaborasi.