Daftar Isi:
  • Relokasi penganut Syiah Sampang dari GOR Sampang yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten Sampang, kepolisian, serta sejumlah ulama diwarnai kekisruhan. Penganut Syiah dipindahkan paksa karena dianggap dalam bahaya. Kesiapan pemerintah menanggung nasib penganut Syiah selanjutnya pun dipertanyakan. Berdasarkan peristiwa tersebut, penulis tertarik untuk meneliti konstruksi isu konflik pada relokasi Syiah Sampang, terlebih didukung fakta bahwa kondisi keberagaman di Indonesia masih rentan pertikaian. Sementara, media massa dapat muncul sebagai pencetus perdamaian di dalamnya. Untuk itu, penulis menentukan penelitian pada Koran Tempo dan Republika. Judul penelitian ini adalah “Konstruksi Isu Konflik pada Relokasi Syiah Sampang di Koran Tempo dan Republika: Kajian Analisis Framing”. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui bagaimana konstruksi Koran Tempo dan Republika mengenai pengusiran Syiah Sampang. Metode penelitian yang dilakukan penulis adalah penelitian kualitatif deskriptif. Penulis menganalisis berita-berita terkait relokasi Syiah Sampang Juni 2013 pada kedua media tersebut. Wawancara langsung hanya dilakukan penulis kepada Redaktur Republika untuk mengetahui seperti apa sejarah berdirinya media tersebut mengingat situs resmi mereka tidak memuatnya. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa dalam mengonstruksi berita mengenai relokasi Syiah Sampang tersebut, masing-masing media mempunyai kebijakan redaksinya sendiri. Koran Tempo lebih menekankan pada penganut Syiah sebagai korban dari keputusan sepihak pemerintah kabupaten Sampang, ulama, dan kepolisian. Sementara, Republika secara kontras memposisikan pemerintah dan kepolisian sudah melakukan tindakan yang benar, dan relokasi itu sendiri atas permintaan penganut Syiah.