Daftar Isi:
  • Oleh: Meghan Levana Perkembangan teknologi berdampak dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Salah satunya adalah dalam aspek proses penyebaran informasi. Hal ini pun dimanfaatkan oleh media untuk memaksimalkan perannya dalam memproduksi dan mendistribusikan berita. Kelahiran media baru melahirkan bentuk komunikasi baru yang disebut mass-self communication. Bentuk komunikasi ini dapat dengan mudah ditemui dalam media sosial. Keberadaan mass-self communication dalam media sosial turut mengubah wajah jurnalisme. Audiens kini dapat ikut serta dalam proses jurnalistik melalui media sosial. Hal ini disebut sebagai social journalism. Dampak media sosial terhadap jurnalisme dapat dilihat melalui tiga aspek, yaitu proses pengumpulan informasi, proses pelaporan berita, dan merekomendasikan berita. Bahkan media sosial pun dimanfaatkan oleh media konvensional dalam proses jurnalistiknya. Salah satunya adalah Radio Suara Surabaya. Dengan menggunakan studi kasus Robert K. Yin, penelitian ini mencoba meneliti pemanfaatan media sosial Facebook e100 milik Radio Suara Surabaya dalam praktik jurnalismenya. Peneliti menemukan bahwa Radio Suara Surabaya memanfaatkan e100 dalam proses pengumpulan informasi dengan cara crowdsourcing. Informasi yang didapatkan secara crowdsourcing kemudian diverifikasi dan dikurasi. e100 juga dimanfaatkan untuk melaporkan berita hard news maupun soft news. Laporan berita berupa teks yang bisa disertai foto atau video. Fitur siaran langsung di Facebook dimanfaatkan untuk melaporkan program siaran atau peristiwa khusus. Dalam proses rekomendasi berita, e100 dimanfaatkan sebagai sarana untuk promosi konten media online, serta sebagai sarana untuk membangun audiens yang lebih luas. Para pengikut e100 memanfaatkan fitur tag, mention, dan share untuk merekomendasikan konten e100 ke orang lain.