Daftar Isi:
  • Perkawinan anak merupakan masalah yang belum bisa teratasi hingga saat ini. Perkawinan anak, tidak hanya terjadi pada anak perempuan di bawah umur, namun anak laki-laki di bawah umur juga berpotensi menjadi korban. Data dari UNICEF menunjukan bahwa 18% yang menikah di bawah umur adalah laki-laki dan 82% merupakan perempuan di bawah umur. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha untuk menguak makna yang diciptakan oleh khalayak yang membaca, melihat dan mendengar. Selain itu studi resepsi juga ingin menguak bagaimana wacana dalam sebuah media diasumsikan. Peneliti mencoba menggunakan paradigma konstruktivis. Sebab fakta dan peristiwa yang ada merupakan hasil dari konstruksi. Metode Penelitian yang digunakan adalah analisis resepsi. Peneliti menggunakan teori encoding - decoding dari Stuart Hall. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara terbuka dengan enam informan yaitu, satu informan dari redaktur Magdalene.co dan lima informan lainnya merupakan pembaca artikel Rohaya-Slamet Marriage Is Not Funny, It's Disturbing and Unlawful. Dari keenam informan, lima informan berada dalam posisi dominant hegemonic dan satu informan berada dalam posisi negotiated. Menurut Hall, setiap makna yang diciptakan tergantung dengan latar belakang sosial, budaya dan pengalaman individu. Dari hasil wawancara terbuka pada keenam informan, Devi Asmarani dan Nikita Devi Purnama, menciptakan makna dari artikel tersebut berdasarkan pengalaman pribadinya. Dede Suprayitno dan Andy Dwijayanto, menciptakan makna dari artikel Rohaya- Slamet Marriage Is Not Funny, It's Disturbing and Unlawful berdasarkan faktor latar belakang sosial. Informan Elma Adisya, menciptakan makna berdasarkan pengalaman dan budaya yang tanamkan oleh orangtuanya sejak kecil. Informan Ariel Obadyah, menciptakan makna berdasarkan budaya yang ada sejak kecil.