QUNUT DALAM PERSPEKTIF HADIS
Main Author: | Mukhtar, Mukhlis |
---|---|
Format: | Article info Journal |
Bahasa: | ind |
Terbitan: |
Fakultas Agama Islam Universitas Islam Makassar (UIM), Indonesia
, 2019
|
Online Access: |
http://journal-uim-makassar.ac.id/index.php/ASH/article/view/173 http://journal-uim-makassar.ac.id/index.php/ASH/article/view/173/135 |
Daftar Isi:
- Qunut in prayer is a problem that is furuiyyah in worship that comes from the proposition zdanniy. Asbab wurud its qunut is when the Prophet. heard the Prophet sent 70 people to help the tribe of Bani Salim, the tribes were massacred by the middle of the trip. This event is known as al-qurra events So that's when the Messenger of Allah. do qunut every dawn prayer as deep condolences and pray at the same time and melaksanat tribes have been treason. After a month he qunut, come down verse 128 Surah Ali Imran (3) a ban on praying for destruction, evil and curse others. After the verses came, the Prophet stopped within the meaning of praying for the destruction of others, but the Prophet remained qunut in prayer as described in Anas bin Malik narrated by Imam Bukhari. The tradition of Imam al-Baehaqi in his book al-Sunnah Kubra explains that qunut are not mengandungan prayer destruction, evil and curse others are still performed by the Prophet at dawn prayer.Qunut dalam shalat merupakan permasalahan yang bersifat furuiyyah dalam ibadah yang bersumber dari dalil zdanniy. Asbab wurud-nya qunut adalah ketika Rasulullah saw. mendengar 70 orang yang diutus Nabi untuk membantu kabilah Bani Salim, dibantai oleh kabilah tersebut ditengah perjalanan (di sumur Ma’unah). Peristiwa ini dikenal dengan peristiwa al-qurra Maka pada saat itulah Rasulullah saw. melakukan qunut setiap shalat subuh sebagai rasa bela sungkawa yang mendalam dan sekaligus mendoakan dan melaksanat kabilah-kabilah telah melakukan penghianatan. Setelah sebulan beliau qunut, turunlah ayat 128 surah Ali Imran (3) sebagai larangan mendoakan kebinasaan, kejelekan dan melaknat orang lain. Setelah ayat itu turun, maka Nabi berhenti dalam arti mendoakan kebinasaan orang lain, tetapi Nabi tetap qunut dalam shalatnya sebagaimana yang dijelaskan Anas bin Malik dalam riwayat Imam Bukhari. Dari hadis itu Imam al-Baehaqi dalam kitabnya al-Sunnah Kubra menjelaskan bahwa qunut yang tidak mengandungan doa kebinasaan, kejelekan dan melaknat orang lain masih tetap dilakukan oleh Nabi pada shalat subuh.