Tradisi Tahlilan Menjelang Bulan Ramadhan di Desa (Ohoi) Mastur Baru Kecamatan Kei-Kecil Timur Kabupaten Maluku Tenggara

Main Author: Tarabubun, Fitria
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: ind
Terbitan: , 2021
Subjects:
Online Access: http://repository.iainambon.ac.id/1962/1/BAB%20I%2C%20III%2C%20V.pdf
http://repository.iainambon.ac.id/1962/2/FULL%20SKRIPSI.pdf
http://repository.iainambon.ac.id/1962/
Daftar Isi:
  • Tahlil berasal dari kata hallala-yuhallilu-tahlilan, yang artinya membaca kalimah lafadz (Laa ilahaillallah: tiada Tuhan selain Allah). Tahlil, artinya pengucapan kalimat la ilaha illallah. Tahlilan, artinya bersama-sama melakukan do’a bagi orang (keluarga, teman dan sebagainya) yang sudah meninggal dunia, semoga diterima amalnya dan diampuni dosanya oleh Allah SWT, yang sebelum do’a, diucapkan beberapa kalimah thayyibah (kalimah-kalimah yang bagus, yang agung), berwujud hamdalah, shalawat, tasbih, beberapa ayat suci Al-Qur’an dan tidak ketinggalan Hailalah (tahlil), yang kemudian dominan menjadi nama dari kegiatan itu seluruhnya, menjadi tahlil atau tahlilan. Metode penelitian ini adalah penelitian kualitatif karena menggunakan prosedur penelitian yang menggunakan data deskriptif yang berupa ucapan tulisan dari orang-orang dan pelaku yang dapat diamati. Tentang Tradisi di Desa (Ohoi) Mastur Baru menjelang Bulan Ramadhan, Masyarakat Mastur Baru melaksanakan Tahlilan, dengan cara deskriptif dengan bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiyah. Hasil Penelitian ini Menunjukan bahwa Tradisi tahlil ini begitu syarat dalam menyebarkan serta menanamkan nilai-nilai agama kepada masyarakat dalam menyampaikan pesan dakwah Islam dan menanamkan nilai-nilai persamaan, persatuan, perdamaian, dan kebaikan Hal ini karena dalam tradisi tahlilan membuat aspek sosial yang dapat mempererat hubungan solidaritas sosial antara masyarakat, Memelihara dan menjaling hubungan silaturrahim, menyambung hubungan kekerabatan dan persaudaraan antar umat Islam (ukhuwwah Islamiyyah). Silaturrahim ini perlu, sebagaimana Nabi kita menegaskan: Barang siapa beriman kepada Allah, hendaknya orang itu menjalin hubungan silaturrahim. Bahkan dikatakan oleh Nabi: Barang siapa yang menjalin hubungan baik (silaturrahim), maka Allah akan memanjangkan umurnya, dan melapangkan rizkinya.