STRUKTUR PESISIR (WATERFRONT) KOTA CIREBON - JAWA BARAT Studi Kasus:Telaah Morfologi kawasan Pesisir Kelurahan Panjunan, Lemahwungkuk, Kasepuhan, Kasunean - Kota Cirebon
Main Authors: | Kusliansjah, Karyadi, Ramadhan, Adam |
---|---|
Format: | Article info application/pdf eJournal |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
Research Report - Engineering Science
, 2014
|
Online Access: |
http://journal.unpar.ac.id/index.php/rekayasa/article/view/184 http://journal.unpar.ac.id/index.php/rekayasa/article/view/184/169 |
Daftar Isi:
- Tujuannya penelitian ini berupaya mengkonseptualisasikan struktur kota lama danpengembangan struktur baru pesisir kota Cirebon di masa sekarang. Penelitian ini, mengkaji strukturkota(jalan,sungai,kanal,pantai) sebagai bagian morfologi pembentuk kota Cirebon danmenstrukturisasikan pola pengembangan kawasan pesisir kota ini sebagai waterfront city.Peran kota Cirebon sekarang sebagai ibukota kabupaten Ciebon di Jawa Barat. Kota inidilintasi oleh jalur Pantura dan berbatasan dengan Kabupaten Indramayu, Kabupaten Majalengkadan Kabupaten Kuningan dan Propinsi Jawa Tengah. Letak kota secara geografis pada koordinat108° 33 ́ BT dan 6° 42 ́ LS. sebagai dataran rendah dengan luas wilayah pantai ±3.810 Ha.Sedimentasi telah menambah luas wilayah administrasi kota, diperkirakan hingga menjadi ± 75 ha.Sejarah mencatat kota ini telah dikenal dari 622 tahun lalu sebagai kota bandar terbukasampai kekawasan Asia Tenggara dengan pelabuhan Muara Jati di pesisir pantai laut Jawa danmenjadi pusat kerajaan dan penyebaran Islam terutama di wilayah Jawa Barat (1479).Morfologi kota Cirebon tidak terlepas dari perkembangan peran ketiga Kesultanan di kotaini, yaitu: Kesultanan Kasepuhan, Kesultanan Kanoman, dan Kesultan Kaceribonan. Pengaruhperdagangan antar bangsa hingga kolonial Belanda (1596) turut menentukannya, maupun intervensikekuasaan yang merubah status pemerintahan kota Cirebon dari disahkannya menjadi GemeenteCheribon (1926), dirubah menjadi Kota Praja (1957), kemudian ditetapkan sebagai Kotamadya(1965) hingga sekarang menjadi Kota Cirebon.Pertumbuhan terencana struktur kota lama signifikan terjadi di era penjajah Belanda, yangmengintervensi struktur awal berbasis lintasan-lintas lokal tradisional. Pembangunan jaringan jalanDe Groote Postweg (1808-1811) dan jalur kereta api menghubungkan beberapa kota di pulau Jawajuga melintas kota Cirebon. Kebijakan ini memicu peran kota menjadi kota transit dan berpengaruhpula bagi pertumbuhan industri dan perdagangannya. Peran pelabuhan Cirebon masa sekarangsangat penting mendukung kota-kota di Jawa Barat, disamping adanya jalan Pantura yangmelintasinya, menjadikan peran Cirebon berkembang sebagai kota dagang, kota transit dan kotawisata kesejarahan. Dinamika perkembangan ini menuntut tersedianya ruang penunjang bagikebutuhan kota yang terpadu dengan struktur kota lama.Permasalahan fisik spasial kota di era kebijakan otonomi daerah masa sekarang adalahkendala luas kota Cirebon, yang dibatasi oleh wilayah kabupaten tetangganya maupun pesisir lautJawa. Akibatnya peluang perkembangan tata ruang kota perlu dikonsepkan secara vertikal dan atauhorisontal kearah laut, yaitu mengembangkan potensi dan strukturisasi dataran rendah pesisir yangterbentuk oleh sedimentasi.Diperlukan beberapa penelitian yang memberi dasar kelayakan pelaksanaan konsepsi diatas,diantaranya adalah penelitian struktur (urban path)pesisir kota ini, pada sample kawasan KelurahanPanjunan, Lemahwungkuk, Kasepuhan, Kasunean - Kota Cirebon. Penelitian morfologi kota inidilaksanakan pada bulan Agustus–Desember 2012 dan menjadi bagian dalam roadmap penelitianurban architecture waterfront di Indonesia. Metoda penelitian ini berbasis kualitatif- interpretatif.Hasil penelitian ini bermanfaat bagi tatar akademik untuk memperluas wawasan lokalitas arsitekturkota tepian air [urban waterfront], menggali informasi dan kontribusi bagi tataran praktek untukpengembangan pembangunan kota Cirebon menuju New Waterfront City di masa depan.Keywords: Elemen Urban Path, Struktur dan Arsitektur Kota, Pesisir Kota, Cirebon