Literasi fungsional bermuatan anti Kekerasan Berbasis Gender (KBG) di Kampung Bogor Kabupaten Manokwari Papua Barat
Main Authors: | Holle, Yolanda, Rieke Katmo, Els Tieneke, Waromi, Josina |
---|---|
Format: | Article info application/pdf Journal |
Bahasa: | ind |
Terbitan: |
Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Riau
, 2019
|
Online Access: |
http://raje.unri.ac.id/index.php/raje/article/view/37 http://raje.unri.ac.id/index.php/raje/article/view/37/23 |
Daftar Isi:
- Integrate gender base violence awareness into functional literacy learning program is aimed to develop modul about functional literacy contained gender base violence, conduct field study and applied modul of function literacy for Papuan women and men. This program is targeted community in Bogor sub district that consist og two neigboorhood groups, Bogor and Irmajaya. Most of the participant are farmers who lack of education. They commonly originated from Arfak and Biak. Learning method that used in this program is group-based approach, stakeholders’ incorporation in the program, role plays and colored picture and participatory approach. The result that will achieved from this program are integrated gender base violence in functional literacy modul that cultural appropriate. Four agents of change as pioner gender base violence awareness.
- Pembelajaran literasi bermuatan anti kekerasan berbasis gender (KBG) dilakukan dengan tujuan mengembangkan modul literasi fungsional bermuatan anti kekerasan yang sesuai dengan kebutuhan sosial budaya masyarakat Papua, dan melaksanakan proses belajar mengajar menggunakan modul literasi fungsional bagi kelompok mama dan bapak Papua. Sasaran pembelajaran literasi ditujukan bagi masyarakat di Kampung Bogor yang terbagi atas Dusun Bogor dan Dusun Irman Jaya. Peserta didik memiliki latar belakang pendidikan rendah, bermata pencaharian sebagai petani, dan sebagian besar berasal dari suku Hatam dan Biak. Metode pembelajaran yang digunakan adalah pembelajaran kelompok, pembelajaran melalui pendekatan tokoh gereja dan kepala suku, pembelajaran lewat gambar berwarna dan permainan, serta pembelajaran partisipatif peserta. Hasil yang diperoleh tersedia modul literasi fungsional bermuatan anti kekerasan yang sesuai dengan kebutuhan sosial budaya masyarakat Papua. Proses belajar dapat menghasilkan 2 orang bapak dan 2 orang mama sebagai agen penggerak masyarakat yang dapat menggerakkan dan mendifusikan materi literasi KBG kepada masyarakat.