ANALISIS FAKTOR RESIKO TERJADINYA RESISTENSI OBAT ANTI TUBERKULOSIS PADA PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI KOTA BANDARLAMPUNG TAHUN 2011.

Main Authors: Amirus, Khoidar, Suwito, Suwito, Masra, Ferizal
Format: Article info application/pdf eJournal
Bahasa: ind
Terbitan: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Malahayati , 2018
Subjects:
Online Access: http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/duniakesmas/article/view/313
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/duniakesmas/article/view/313/249
Daftar Isi:
  • Terjadinya resistensi merupakan akibat ketahanan mikroba terhadap antibiotiktertentu yang dapat berupa resistensi alamiah, resistensi kromosomal, resistensiekstrakromosomal dan resistensi silang. Pengobatan penyakit tuberkulosis banyakmenggunakan antibiotik sehingga penderita tuberkulosis beresiko terjadi resistensi.Faktor terjadinya resistensi pada dasarnya merupakan suatu fenomena buatan manusia(man-made phenomenon) sebagai akibat pengobatan yang tidak adekuat. Penelitian inibertujuan diketahuinya faktor resiko yang mempengaruhi kejadian resistensi obat antituberculosis (OAT) pada penderita tuberkulosis paru di Kota Bandarlampung.Penelitian ini merupakan jenis analitik observasional menggunakan rancangan casecontroldengan variabel independen riwayat pengobatan, kepatuhan, pemantauanlaboratorium, penyakit penyerta dan tempat pelayanan. Populasi studi adalah semuapenderita tuberkulosis paru yang telah dinyatakan resisten dan sembuh dengan jumlahsampel 94 responden (47 kasus dan 47 kontrol). Pengumpulan data dilakukan dengancara wawancara dan observasi dokumentasi kemudian data dianalisis dengan uji statistikchi-square dan regresi logistik ganda model prediksi.Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan riwayat pengobatan (p = 0.00)ada hubungan riwayat kepatuhan (p = 0.00), ada hubungan riwayat pemantauanlaboratorium (p = 0.00), tidak ada hubungan riwayat penyakit penyerta (p = 0.655),tidak ada hubungan riwayat tempat pelayanan (p = 0.171) dengan terjadinya resistensiOAT. Faktor resiko yang paling utama berpengaruh adalah riwayat pengobatan (ORAdjasted47.762) dan kedua riwayat pemantauan laboratorium (OR-Adjasted 5.326)dengan nilai probabilitas 94.9 %. Disimpulkan bahwa riwayat pengobatan danpemantauan laboratorium merupakan faktor resiko terjadinya resistensi OAT di KotaBandarlampung. Sehingga disarankan penatalaksanaan tuberkulosis harus sesuai denganguideline seperti dosis, regimen, masa pengobatan yang tepat dan menerapkan strategiDOTS kemudian penyediaan laboratorium pemeriksaan biakan dan uji kepekaan untukmemantau kemajuan pengobatan serta diperlukan dukungan keluarga, tokoh masyarakatdan pemerintah.Kata Kunci : Resistensi OAT, Pengobatan, Pemantauan Laboratorium