HUBUNGAN KARAKTERISTIK KONTAINER TEMPAT PENAMPUNG AIRDENGAN KEBERADAAN JENTIK Aedes Aegypti DI KELURAHANTANJUNG SENENG

Main Authors: Augesleni, Eka, Trismiana, Eka, Abidin, Zaenal, Karbito, Karbito
Format: Article info application/pdf eJournal
Bahasa: eng
Terbitan: Program Studi Ilmu Keperawata Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Bandar Lampung , 2018
Subjects:
Online Access: http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/holistik/article/view/91
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/holistik/article/view/91/43
Daftar Isi:
  • ABJ (Angka Bebas Jentik) merupakan persentase rumah atau tempat-tempat umum yang tidak ditemukan jentik. ABJ kota Bandar Lampung berkisar antara 81,7% sampai dengan 86,1% dan masih dibawah target yang telah ditetapkan sebesar 95%. Dan pada tahun 2011 kasus yang terjadi di Kelurahan Tanjung Seneng sebanyak 11 kasus, dengan ABJ 86,75 %. Tujuan penelitian ini diketahui hubungan karakteristik kontainer tempat penampung air dengan keberadaan jentik Aedes Aegypti di Kelurahan Tanjung Seneng.Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode analitik, menggunakan rancangan cross sectional. Populasinya sebanyak 5550 rumah di Kelurahan Tanjung Seneng, dan besar sampelnya sebanyak 150 rumah dengan unit kontainer yang terdapat di rumah tersebut. Teknik pengambilan sampel adalah Cluster Sampling.Menggunakan analisa univariat dan bivariat.Hasil uji statistik dengan uji chi square, menunjukkan bahwa karakteristik kontainer yang berhubungan dengan dengan keberadaan jentik adalah jenis kontainer (P-value=0,023), dasar kontainer (P-value=0,007), warna kontainer (Pvalue=0,000), dan letak kontainer (P-value=0,000). Petugas kesehatan harus mengawasi pemberian abate di rumah-rumah warga. Kegiatan pengontrolan ini di lakukan harus secara rutin terutama bila sudah mendekati awal musim penghujan dan bekerja sama dengan pihak swasta untuk mendukung kegiatan rumah bersih dan sehat.
  • Mie instan merupakan salah satu contoh makanan instan atau siap saji. Didalam mie instan terdapat zat pewarna sintetis. Warna merupakan daya tarik terbesar untuk menikmati makanan setelah aroma. Namun penggunaan pewarna sintetis harus dilakukan sesuai dengan peraturan yang berlaku karena dapat merugikan kesehatan. Oleh karena itu perlu dilakukan monitoring pewarna sintetis pada makanan. Metode analisis yang digunakan adalah Spektrofotometri Uv-Vis. Pewarna sintetis yang terkandung dalam sampel tersebut adalah pewarna yang memungkinkan penggunaannya untuk makanan oleh PERMENKES RI seperti Tartrazin. Telah dianalisis bahwa pewarna tartrazin memiliki panjang gelombang maksimum 430 nm dengan kadar Sampel A 11,3 mg/Kg, Sampel B 7,5 mg/Kg, Sampel C 12,3 mg/Kg, Sampel D 6,3 mg/Kg, Sampel E 8,4 mg/Kg, Sampel F 5,4 mg/Kg, Sampel G 8,8 mg/Kg. Berdasarkan BPOM RI Nomor 37 Tahun 2013 tentang Batas Maksimum Penggunaan BTP Pewarna ditetapkan bahwa pewarna tartrazin diizinkan dalam kategori pangan pada pasta dan mie dengan batas maksimum 70 mg/Kg. Kata kunci: Pewarna Sintetis, Tartrazin, Spektrofotometri Uv-Vis.