FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN KELOMPOK MASYARAKAT PERDULI TUBERKULOSIS (KMP TB) PUSKESMAS RUMBIA KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN 2012

Main Authors: Mudithal, Nengah, Ariani, Nita, Triyoso, Triyoso
Format: Article info application/pdf eJournal
Bahasa: eng
Terbitan: Program Studi Ilmu Keperawata Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Bandar Lampung , 2019
Subjects:
Online Access: http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/holistik/article/view/272
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/holistik/article/view/272/210
Daftar Isi:
  • Indonesia menempati urutan ke 5 penderita TB paru di dunia setelah Indias China, Nigeria dan Afrika Sclatan, hal ini menunjukan masih banyaknya kasus TB di Indonesia- Estimasi prevalensi TB semua kasus sebesar 660.000 dan estimasi insidensi berjumlah 430.000 kasus baru per tahun, Jumlah kematian akibat TB diperkirakan 61,000 kematian per tahunnya (WIIO, 2010). Besar dan luasnya permasalahan akibat tuberkulosis CTB) mengharuskan semua Pihak untuk berkomitmen dan bekerja sama dalam melakukan penanggulangan TB, baik pemerintah, swasta. maupun lembaga masyarakat ( KMP TH ) yang berkaprah dalam melakukan penjaringan suspek, melakukan penyuluhan dan pernantau minum obat Dimana basil pra survey terhadap 10 kader KMP TB di Puskesmas Rumbia 7 kader (700,4) belum mengirim suspek, berpendidikan dosar, Sikap petugas kesehatan tidak baik dan motivasi rendah. Penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan, pendidikan, sikap dan motivasi ) dengan keaktifan kader kelompok masyarakat perduli tuberkulosis di Puskesmas Rumbia Kabupaten Lampung Tengah tahun 2012.Desain yang digunakan dalam penelitian ini diskriplif korelasi dengan pendekatan cross sectional.Populasi dalam penelitian ini adalah semua kader kelompok masyarakat perduli tuberkuloŠis di Puskesmas Rumbia yang berjumlah 56 orang, Sampel yang di gunakan total populasi, Analisis bivariat dalam penelitian ini mengunakan UJP Chi Square. Hasil penelitimn dl peroleh p-value < 0,05 yang artinya ada hubungan pengetahuan (p-vaIue=O.032), pendidikan sikap ( p dan motivasi dengan keaktifan kelompok masyarakat perduli tuberkoIosis, Disarankan agar masyarakat; kelompok masyarakat perduli tubetkulosis lebih berperan aktif dalam penjagaan suspek, melakukan pengawasan minum obat dan penyebaran informasi terkait dengan penanggulãngan tuberkulosis,
  • Ketuban Pecah Sebelum Waktu (KPSW) terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu disebut ketuban pecah dini. World Health Organization (WHO) melaporkan setiap tahun tidak kurang dari 500.000 ibu hamil dan bersalin meninggal di seluruh dunia salah satu kasus kematian ibu disebabkan oleh keguguran kandungan atau KPSW, dimana 95% terjadi di negara-negara berkembang termasuk Indonesia (Kemenkes RI, 2012). Faktor yang mempengaruhi kejadian KPSW diantaranya riwayat KPSW sebelumnya, paritas, usia, pekerjaan, riwayat abortus, jarak kehamilan, dan riwayat penyakit. Tujuan penelitian diketahui determinan kejadian KPSW di Rumah Sakit Umum Daerah Menggala 2014.Penelitian kuantitatif dengan pendekatan case control. Populasi seluruh ibu yang melahirkan di RSUD Menggala Tulang Bawang 2014 dengan sampel kasus 66 dan kontrol 66. Pengambilan data dengan simple random sampling. Analisis dignakan chi square dan regresi logistik.Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan riwayat KPSW dengan kejadian KPSW (p=0,008), paritas (p=0,008), usia (p=0,003), pekerjaan (p=0,000), dan jarak kehamilan (p=0,015). Variabel riwayat abortus (p=0,294), dan riwayat penyakit (p=0,114) tidak berhubungan dengan kejadian KPSW. Variabel paling dominan terhadap kejadian KPSW adalah pekerjaan (p=0,000 dengan OR=19,2). Dapat disimpulkan derajat kepercayaan 95%, riwayat KPSW, paritas, usia, pekerjaan dan jarak kehamilan berhubungan dengan kejadian KPSW, dan pekerjaan merupakan variabel paling dominan. Disarankan agar para ibu lebih berhati–hati dalam menjaga kehamilan, memeriksakan kandungan secara berkala.Kata Kunci : Riwayat KPSW, paritas, usia, pekerjaan, riwayat abortus, jarak kehamilan, riwayat penyakit, kejadian KPSW.