Daftar Isi:
  • EEG mengukur fluktuasi tegangan yang dihasilkan dari arus ionik yang beredar sepanjang neuron otak. Dalam pengaturan eksperimental, sinyal EEG sering terkontaminasi dengan berbagai noise akibat gerakan otot dan jantung. Noise dengan magnitudo yang lebih tinggi dari sinyal aslinya akan merusak sinyal EEG dan bisa berakibat fatal dalam analisis diagnosa. Sehingga diperlukan sebuah sistem denoising yang mampu secara maksimal mengurangi noise, tanpa menghilangkan komponen informasi penting dari sinyal EEG. Salah satu algoritma yang dapat digunakan dalam mereduksi noise pada sinyal biomedis adalah RLS dan LMS. Keuntungan utama dari penggunaan adaptif filtering termasuk RLS dan LMS adalah dapat digunakan pada lingkungan non-stasioner. Tujuan penelitian adalah melakukan uji perbandingan performansi filtering RLS dan LMS dalam mereduksi noise pada sinyal EEG. Parameter performansi yang diukur adalah waktu komputasi, MSE, SNR, dan PSNR. Dari hasil pengujian, diperoleh bahwa adaptif filtering dengan RLS dan LMS mampu mereduksi noise pada sinyal EEG dengan baik. Filter LMS memiliki kelebihan pada waktu komputasinya yang singkat, rata-rata waktu komputasi filter LMS selama 0.7 detik, jauh berbeda dengan filter RLS yang membutuhkan waktu sampai dengan 113 detik. Tetapi kehandalan sistem dari sisi MSE, SNR dan PSNR untuk filter LMS masih berada dibawah RLS untuk intensitas noise yang rendah. Besarnya parameter SNR dan PSNR pada filter RLS cenderung lebih stabil pada intesitas noise 10 dB, 20 dB, dan 30 db. Hal berbeda terjadi pada denoising dengan menggunakan filter LMS, terjadi perubahan SNR yang signifikan dari 16.14 dB pada noise 10 dB, 21.09 dB untuk noise sebesar 20 dB, dan 25.81 dB untuk intensitas noise sebesar 30 dB.