Daftar Isi:
  • Korean wave merupakan perpaduan antara budaya tradisional Korea Selatan dengan budaya pop yang disajikan dalam bentuk drama (K-drama) dan musik (K-pop). Korean wave telah menarik perhatian masyarakat dari berbagai negara salah satunya Indonesia dan menjadi salah satu budaya populer yang mampu bersaing dengan budaya Barat. Penelitian ini bertujuan mengetahui bagaimana presentasi diri K-Popers ketika menggunakan bahasa Korea (Hangeul). Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivisme dan pendekatan kualitatif. Teori dramaturgi dari Erving Goffman digunakan dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa para informan yang terlibat dalam penelitian ini mempelajari Hangeul secara otodidak serta memiliki motivasi yang sama dalam mempelajari Hangeul, yaitu tertarik dengan dunia hiburan dan budaya Korea. Para informan menjadikan Instagram sebagai ruang presentasi diri front stage (panggung depan) melalui penggunaan Hangeul. Ekspektasi yang diharapkan adalah munculnya kesan bahwa mereka sama dengan pecinta Korea lainnya yang bisa berbahasa asing (Korea), mirip dengan orang Korea asli, dapat menunjukkan identitas sebagai penggemar idola Korea. Sangat berbanding terbalik dengan back stage (panggung belakang) para informan yakni bahwa sebenarnya tidak bisa berbahasa Korea dan mengandalkan media penerjemah (google translate) untuk menerjemahkan caption ke dalam Bahasa Korea. Hal ini menunjukkan adanya sebuah presentasi diri yang berbeda pada front stage (panggung depan) dan back stage (panggung belakang). / Korean wave is a blend of traditional South Korean culture with pop culture that is presented in the form of drama (K-drama) and music (K-pop). Korean wave has attracted the attention of people from various countries, one of which is Indonesia and has become one of the popular culture that is able to compete with Western culture. This study aims to find out the K-Popers' (K-Pop fans) self-presentation when using Korean (Hangeul). This study uses a constructivist paradigm and a qualitative approach. Dramaturgy theory from Erving Goffman used to this research. The results showed that the participants involved in this study studied Hangeul in a self-taught manner and had the same motivation in studying Hangeul, which was interested in the world of Korean entertainment and culture. The participants made Instagram a front stage self presentation room through the use of Hangeul. The expectation is the emergence of the impression that they are the same as other Korean lovers who can speak foreign languages (Korean), similar to native Koreans, can show their identity as fans of Korean idols. Very inversely proportional to the back stage of the participants that actually can not speak Korean and rely on translator media (Google Translate) to translate the caption into Korean. This shows the existence of a different self presentation at the front stage and back stage.