KEBEBASAN WANITA DALAM MENENTUKAN CALON SUAMI: PERPSEKTIF HUKUM POSITIF DAN FIQH
Main Author: | Adityo, Rayno Dwi |
---|---|
Format: | Article info application/pdf eJournal |
Bahasa: | ind |
Terbitan: |
Universitas PGRI Palangkaraya
, 2020
|
Online Access: |
http://jurnal.upgriplk.ac.id/index.php/morality/article/view/172 http://jurnal.upgriplk.ac.id/index.php/morality/article/view/172/118 |
Daftar Isi:
- Perempuan kerap kali tidak memiliki opsi dalam memilih calon suaminya, sehingga berujung pada perkawinan paksa, ini merupakan bagian dari sebuah fenomena sosial yang sering terjadi, umumnya wanita menjadi pihak yang dirugikan. Peristiwa semacam ini kerap terjadi di lingkungan terdekat, kemudian seakan menjelma menjadi tradisi. Tujuan penelitian secara khusus memberikan gambaran komprehensif bagaimana wanita memiliki hak untuk memilih calon suaminya tanpa paksaan. Metodologi penelitian yuridis normatif dengan pendekatan kualitatif. Hasilnya pertama, adalah baik hukum positif dan fikih memberikan ruang untuk wanita dalam memilih pasangan hidup terlepas dari paksaan pihak manapun. Kedua, terjadinya peristiwa kawin paksa dalam kacamata ilmu sosial sangat erat dengan faktor budaya, pendidikan dan pemahaman agama yang sempit. Kesimpulannya kawin paksa tidak sejalan dengan hukum positif dan begitu pula dalam fiqh.
- Forced mariages is social phenomena, because often occurs, majority who are often victim is women and it often happen inside or outside the family. Forced marriages seeming to be an tradition, the patterns is varied. Someone is forced to marriage, because their paradigm is the solution of resolve the problem inside their family. Specific purpose is to give a holistical description that the women have a right to choosed their own husband without compulsion. The Metodology used legal normative and kualitatif approach. The result is, first, even though, the forced marriages is contradictory with the positiv law dan so the fiqh perspective, and the second, from social approach that forced mariages is have relation with culture, education, and a narrow interpretation of text religion sources. The truth is that a women right to choosed a man who will be her husband.