Daftar Isi:
  • Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya perilaku bunuh diri yang terjadi di dalam masyarakat Nagari Simpang Tonang Kecamatan Dua Koto Kabupaten Pasaman. Himpitan ekonomi yang dialami oleh sebagian masyarakat yang berpenghasilan menengah ke bawah menyebabkan sebagian individu yang bersangkutan tidak dapat mencapai tujuan atau cita-cita yang ingin dicapai, sehingga mereka putus asa dan kehilangan norma dalam hidupnya, ketika berada dalam keadaan yang tidak diharapkan ini sebagian individu menganggap bunuh diri sebagai salah satu jalan agar keluar dari masalah yang sedang dihadapi. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mendeskripsikan faktor ekonomi penyebab utama perilaku bunuh diri di Nagari Simpang Tonang Kecamatan Dua Koto Kabupaten Pasaman. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Anomie yang dikemukakan oleh Emile Durkheim. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah jenis penelitian kualitatif dengan tipe deskriptif. Teknik pemilihan informan penelitian dilakukan dengan cara Purposive Sampling. Jumlah informan sebanyak 19 orang. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observasi non partisipan, wawancara tidak terstruktur dan studi dokumentasi. Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan analisis data interaktif yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman yaitu: (1) Pengumpulan data, (2) Reduksi data, (3) Penyajian data, (4) Penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ditemukan bahwa faktor ekonomi penyebab utama perilaku bunuh diri di Nagari Simpang Tonang Kecamatan Dua Koto Kabupaten Pasaman yaitu: (1) Kesulitan ekonomi keluarga dialami oleh 3 keluarga, di mana adanya keluarga yang berpenghasilan Rp 500.000 ke bawah setiap bulannya dan penghasilan tersebut tidak tetap sehingga pendapatan yang diperoleh keluarga tersebut tidak bisa mencukupi kebutuhan keluarga mereka, (2) Hutang kemanakan dibayar oleh mamak hanya dialami oleh 1 keluarga, ketika seorang mamak tidak sanggup untuk membayar hutang kemanakannya sebesar Rp 5.000.000 sehingga membuatnya putus asa dan tidak bisa menemukan jalan keluar dari masalah yang dihadapi, (3) Tuntutan istri untuk hidup lebih baik hanya dialami oleh 1 keluarga, di mana suami berpenghasilan pas-pasan Rp.300.000,- seminggu tidak mampu mewujudkan keinginan istrinya, sehingga membuat suami putus asa dan menganggap bunuh diri sebagai jalan keluar dari masalah yang dihadapi.