Daftar Isi:
  • Seiring dengan tradisi laki-laki basuntiang dalam adat perkawinan di nagari Simpang Lama kecamatan Pancung Soal, dilihat dari proses pelaksanaan berbeda, yang mana tradisi ini memiliki suatu perbedaan dengan nagari di Pesisir Selatan dimana pada nagari Simpang Lama laki-lakinya memakai suntiang sebagai perhiasan kepala pada saat pesta perkawnan. Adapun pertanyaan penelitian ini adalah Bagaimanakah pelaksanaan basuntiang, persepsi marapulai, dan masyarakat terhadap laki-laki basuntiang. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori fenomenologi menurut Alfred Schutz. Pendekatan penelitian ini adalah kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif. Teknik pengambilan informan dilakukan dengan cara purposive sampling dengan jumlah informan 12 orang. Jenis data dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder. Data dikumpulkan melalui wawancara, observasi dan studi dokumen dengan unit analisis adalah kelompok. Model analisis data yang digunakan yaitu model analisis Miles dan Huberman, yang terdiri dari empat tahap, yaitu : pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan Proses pelaksanaan basuntiang bagi marapulai dalam adat perkawinan di nagari Simpang Lama yaitu pada saat mempelai diantar ketempat istrinya (anak daro), yang memilki dua tahap yaitu tahap pertama menunggu bako, dan tahap kedua manjapuik marapulai. Persepsi bagi marapulai memiliki arti dan makna tersendiri, yaitu marapulai itu sendiri merasa malu dan merasa Banci ( menjadi perempuan) untuk melaksanakan proses basuntiang. Persepsi Masyarakat Tentang Pelaksanaan Basuntiang di Nagari Simpang Lama adalah sebagai suatu kebanggaan nagari Simpang Lama.