Daftar Isi:
  • Buruh Tani Jemputan dalam kehidupan masyarakat Desa Sako Dua yang bekerja untuk meringankan pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga sehari-hari yang didominasi oleh kaum perempuan. Buruh tani jemputan merupakan buruh tani yang tidak bekerja setiap hari melainkan buruh yang harus dipanggil atau dijemput terlebih dahulu untuk bekerja. Penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor penyebab meningkatnya jumlah buruh tani jemputan dalam kehidupan masyarakat Desa Sako Dua Kecamatan Kayu Aro Barat Kabupaten Kerinci Jambi. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori dari Tallcot Parsons yaitu teori fungsionalisme struktural yang memperlihatkan kumpulan kegiatan manusia yang ditujukan ke arah pemenuhan kebutuhan tertentu atau kebutuhan sistem. Agar tetap bertahan suatu sistem harus memiliki empat fungsi imperatif yaitu fungsi AGIL. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan tipe deskriptif. Informan penelitian ini adalah buruh tani jemputan dan pemilik ladang. Pemilihan informan menggunakan teknik purposive sampling dengan jumlah informan 16 orang. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Metode pengumpulan data dilakukan dalam dua tahap yaitu (1) observasi (non-participant), (2) wawancara mendalam. Unit analisis data adalah individu yaitu buruh tani jemputan. Analisis data menggunakan model analisis interaktif yang mencakup tiga tahap yaitu (1) reduksi data (2) penyajian data (3) verifikasi/ penarikan kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab meningkatnya jumlah buruh tani jemputan dalam kehidupan masyarakat Desa Sako Dua karena faktor internal dan eksternal dari buruh tani jemputan. Faktor internal dari buruh tani jemputan yaitu 1). Keadaan Ekonomi, 2). Pengaruh pensiunan PTPN 6 Kayu Aro, 3). Tidak memiliki lahan pertanian, 4). Tidak memiliki modal untuk mengolah lahan, 5). Terbatasnya lapangan pekerjaan di desa. Faktor eksternal dari buruh tani jemputan adalah 1). Munculnya hubungan patron-klien dalam masyarakat Desa Sako Dua dengan pemilik ladang, 2). Kurangnya tenaga dalam mengolah lahan.