REALITAS SOSIAL KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DALAM FILM 7 HATI 7 CINTA 7 WANITA

Main Authors: Jaya, Eko Pebryan, Dwi, Aji Budiman, Yuliati, Yuliati
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2013
Subjects:
Online Access: http://repository.unib.ac.id/786/1/I%2CII%2CIII%2C1-13-eko-FS.pdf
http://repository.unib.ac.id/786/2/IV%2CV%2CVI%2CLAMP%2C1-13-eko-FS.pdf
http://repository.unib.ac.id/786/
Daftar Isi:
  • Pemahaman tentang kodrat dan gender dalam masyarakat masih bias, yaitu terjadinya pencampuradukan dua istilah tersebut. Hal demikian berakibat pada ketidakadilan bagi kaum perempuan dan sulit untuk bisa setara dengan kaum lakilaki. Fenomena tersebut kemudian diangkat dalam sebuah film berjudul 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita (777). Film ini mencoba menyampaikan gambaran tentang fenomena tentang kondisi perempuan dalam masyarakat. Kekerasan dalam rumah tangga/ istri (KDRT/I), kasus prostitusi, hamil diluar nikah, dan praktek poligami adalah sebagian besar realita yang coba diungkap dalam film ini. Kajian tentang media terutama film menjadi menarik, ketika film berusaha memberikan sebuah gambaran realita sosial yang terjadi di masyarakat, salah satunya tentang kondisi perempuan. Hal tersebutlah yang membuat peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana realita sosial kekerasan terhadap perempuan di representasikan dalam film 777. Penelitian ini menggunakan metode penelitian diskriptif kualitatif dan analisis Semiotika Sosial M. A. K. Halliday. Peneliti berusaha melihat bagaimana realitas sosial kekerasan terhadap perempuan dalam film dilihat dari segi teks verbal dan non-verbal, konteks situasi dan konteks budaya. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi partisipan, wawancara langsung pada informan, dan pengumpulan dokumentasi serta berbagai sumber data yang mendukung pada objek penelitian. Hasil penelitian menunjukan bahwa realitas sosial kekerasan terhadap perempuan dalam film 777 tergambar secara teks visual melalui tiga aspek, yaitu medan wacana, pelibat wacana, sarana/modus wacana yang secara keseluruhan menggambarkan realitas tidak hanya secara fiksi, namun didasarkan juga pada pengalaman pribadi dan riset pelaku produksi film 777 sendiri