NEGOSIASI TRANSLOKAL DAN HIBRIDITAS PENGGUNA MEDIA SOSIAL

Main Author: Gushevinalti, Gushevinalti
Format: Proceeding PeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2014
Subjects:
Online Access: http://repository.unib.ac.id/7312/1/Prosiding%20UI.PDF
http://repository.unib.ac.id/7312/
Daftar Isi:
  • Pengguna media sosial di Indonesia tidak hanya terbatas di kota besar saja. Di daerah kecil pun,seperti di Bengkulu, masyarakatnya kini telah akrab dengan media sosial. Fenomena ini di dukung oleh ketersediaan perangkat yang saling kolaborasi sehingga menyediakan fasilitas internet yang mudah didapat bahkan murah. Kondisi ini menyulap pengguna di daerah-daerah kecil telah terkontaminasi dengan budaya hibrid dari wilayah lain sehingga terjadinya negosiasi translokal. Konsep translokal dalam tulisan ini mencakup budaya dan orang dalam cyberspace yang selalu dalam perjalanan dari satu tempat ke tempat lain. Negosiasi translokal adalah penentuan identitas mana yang akan mereka pilih dari serangkaian identitas yang ditawarkan melalui media sosial. Interaksi telah menjadikan penggua kecanduan (adiksi) contohnya saja shopping online. Padahal sebenarnya belanja secara langsung (tidak via online) lebih memungkinkan di Bengkulu karena kualitas produk nya pun langsung bisa dilihat. Tetapi karena alasan ingin mempunyai gaya hidup instan, berubah dari belanja langsung menjadi termediasi melalui media. Bentuk-bentuk perubahan ini akibat dari adanya negosiasi translokal. Masih berhubungan dengan translokal, pluralisme kebudayaan dapat disikapi sebagai medan pertukaran simbolik yang produktif dan komplementer. Pada ranah praktis, tidak adanya kekuatan dominan juga memberi peluang bagi terjadinya persilangan kategori-kategori identitas ketika pengguna media sosial ditemukan dalam kepentingan yang sama. Identitas sosial menjadi lebih mudah ditembus, sehingga memungkinkan terciptanya identitas hibrid.Hibriditas merupakan identitas baru yang terbentuk dari persilangan kategorikategori tertentu yang didasari atas kesadaran untuk mencari simpul kerjasama yang mutual dalam ruang publik. Sehingga semakin pengguna terkontaminasi dengan budaya lain dalam cyberspace maka sangat mudah menemukan pengguna media sosial yang memiliki gaya atau penampilan baru yang meniru budaya lain tersebut, salah satunya K-Pop yang sedang maraknya di Bengkulu.