ANALISIS FAKTOR PENENTU KEMISKINAN MASYARAKAT NELAYAN DI KOTA BENGKULU (Studi Kasus di Wilayah Kandang dan Pasar Pantai)
Main Authors: | N, Yega Safitri, Roosemarina , A Rambe |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2007
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.unib.ac.id/3402/1/IV%2CV-YEG-FE.pdf http://repository.unib.ac.id/3402/2/I%2CII%2CIII-YEG-FE.pdf http://repository.unib.ac.id/3402/ |
Daftar Isi:
- Di antara sekian banyak corak hidup masyarakat miskin di Indonesia, masyarakat nelayan merupakan kelompok masyarakat yang mempunyai persentase yang lebih tinggi dari pada kelompok masyarakat miskin lainnya, seperti : petani, pengrajin dan lain-lain. Kondisi yang sama juga terjadi dalam kehidupan nelayan yang ada di Provinsi Bengkulu. Di Provinsi Bengkulu sendiri, jumlah nelayan miskin terdapat sekitar 17.000 kepala keluarga. Hal ini sangat kontras sekali bila dibandingkan dengan panjang laut di Provinsi Bengkulu yaitu sepanjang 525 mil dengan potensi ikan yang dapat dihasilkan sebanyak 149.000 dan baru dimanfaatkan oleh nelayan di Bengkulu sebesar 16 % saja. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, gaya hidup menabung dan teknologi menjadi faktor penentu kemiskinan masyarakat nelayan di Kota Bengkulu. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dengan 59 orang respondennya adalah nelayan. Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan metode Proporsional Random Sampling. Penelitian ini menggunakan analisis Multiple Logistic Regression. Hasil penelitian menunjukkan diantara ke empat faktor penentu kemiskinan masyarakat nelayan, variabel yang signifikan adalah pendidikan dan jumlah tanggungan keluarga. Nelayan yang berpendidikan sampai dengan SD memiliki peluang lebih kecil yaitu sebesar 0,188 kali untuk menjadi miskin dibandingkan dengan kelompok nelayan yang berpendidikan lainnya (lebih tinggi dari SD), karena nelayan merupakan pekerjaan lepas yang lebih membutuhkan pengalaman dan modal. Kelompok nelayan yang mempunyai jumlah tanggungan keluarga lebih dari empat orang memiliki peluang lebih besar yaitu sebesar 16,535 untuk menjadi miskin dibandingkan dengan kelompok nelayan yang berjumlah tanggungan keluarga lainnya (kurang dari empat orang). Dalam penelitian ke depan diharapkan dapat di jawab ketidaksignifikanan variabel pendidikan dan teknologi. Bahwa dengan tingkat pendidikan yang semakin tinggi dan penggunaan teknologi yang lebih tinggi seharusnya semakin kecil kemungkinan masyarakat nelayan mengalami kemiskinan.