KAJI KARAKTERISTIK MEKANISME FURLING CONTROL MODEL TURBIN ANGIN DENGAN SUDUT EKOR 0o

Main Authors: Suandi, Agus, Nurul, Iman Supardi, Angky, Puspawan
Format: Article PeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: Fakultas Teknik Universitas Bengkulu , 2019
Subjects:
Online Access: http://repository.unib.ac.id/20552/1/Paper%20Kaji%20Karakteristik%20Mekanisme%20Furling%20Control%20Model%20Turbin%20Angin%20Dengan%20Sudut%20Ekor%20Nol%20Derajat.pdf
http://repository.unib.ac.id/20552/
Daftar Isi:
  • Furling merupakan sistem kontrol perlindungan kincir angin yang sederhana, dengan memanfaatkan gaya gravitasi bumi dan gaya angkat angin (kontrol pasif). Dengan teknologi furling, sistem perlindungan akan lebih memungkinkan untuk diaplikasikan pada kincir angin skala mikro. Fungsi dari furling control adalah mempertahankan posisi ketika kecepatan angin normal untuk mendapat energi yang optimal dan memalingkan nacelle dari arah angin (disebut yawing) ketika kecepatan angin terlalu tinggi sebagai sistem proteksi. Kriteria rancangan terdapat pada batas kecepatan angin di mana sistem mulai bekerja untuk melakukan penyelamatan yaitu dengan terjadinya momen dari gaya angin sehingga terbentuk sudut yawing. Dalam rancangan ini batas kecepatan angin dimana furling mulai bekerja yaitu V = 8 m/s. Selain V yang merupakan batas untuk memulai penyelamatan, V juga merupakan batas untuk kembali ke posisi normal, art inya ket ika kincir berada pada posisi berpaling (V > 8 m/s) lalu kecepatan angin mengalami penurunan hingga V < 8 m/s, maka sistem bekerja secara otomatis untuk mengembalikan kincir ke posisi normal. Untuk menentukan massa ujung ekor m, panjang ekor (lboom ), dan luas penampang ekor (A) dilakukan perhitungan menggunakan aplikasi Microsoft Excel. Data awal perhitungan diberikan berdasarkan asumsi kondisi lingkungan (ρ) udara dari tabel fluida dan batasan masalah. Sistem furling ini bekerja dengan mempertahankan ekor tetap pada posisi sudut 0o dan nacelle berputar berpaling dari arah angin. Gerakan tersebut membentuk sudut yawing, yaitu sudut antara sumbu rotor dengan garis arah angin. Kecepatan angin diukur menggunakan anemometer, kecepatan putar bilah diukur menggunakan tachometer dan sudut yang terbentuk didapatkan melalui pengamatan visual hasil perekaman dan olah gambar. Hasil pengujian menunjukkan mekanisme furling dan yawing mulai bekerja pada kecepatan angin 7-8 m/s dan putaran rotor 495 rpm dengan sudut yawing 10o. Seiring meningkatnya kecepatan angin, sudut yawing yang terbentuk semakin besar dan kenaikan putaran rotor tidak maksimal. Pada kecepatan angin 17 m/s sudut yawing 47 putaran rotor tidak melebihi 742 rpm yang mana bila tidak terjadi yawing, putaran rotor kincir angin dapat mencapai 1084 rpm.