KERAGAMAN ARTHROPODA DAN PERSENTASE KERUSAKAN TANAMAN JAGUNG PADA SISTEM TUMPANGSARI DENGAN KACANG HIJAU DAN HUBUNGANNYA DENGAN HASIL JAGUNG
Main Authors: | Wijanarko, Jungkung, Edhi, Turmudi, Djamilah, Djamilah |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Archive |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2019
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.unib.ac.id/20176/1/skripsi%20ok.pdf http://repository.unib.ac.id/20176/ |
Daftar Isi:
- Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi keragaman Arthropoda dan persentase kerusakan tanaman jagung pada sistem tumpangsari dengan kacang hijau, dan mendapatkan informasi korelasi dari kerusakan tanaman jagung dengan hasil jagung. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2018 sampai Januari 2019, yang berlokasi di Lahan Pertanian dengan jenis tanah Ultisol di wilayah Kelurahan Pematang Gubernur, Kecamatan Muarabangkahulu, Bengkulu dengan ketinggian 21 mdpl. Penelitian ini menggunakan Rancangan Split Plot, dengan 2 faktor. Faktor pertama adalah jarak tanaman jagung yang terdiri dari 3 taraf, yaitu J1: jarak tanam 60 x 30 cm, J2: jarak tanam 90 x 30 cm, B3: jarak tanam 120 x 30 cm. Faktor kedua adalah varietas kacang hijau menggunakan empat varietas yaitu V1 : Vima 1, V2 : Vima 2, V3 : Vima 3, dan V4 : kutilang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Arthropoda yang teridentifikasi pada lahan tumpangsari yaitu terdapat delapan ordo dengan 18 family dan 21 spesies. Tidak ada korelasi antara kerusakan tanaman jagung dan hasil jagung. Jarak tanam jagung 90 x 30 cm menghasilkan bobot biji pertanaman tertinggi dengan bobot 153,33 g dan jagung yang ditanam secara tumpangsari dengan varietas vima 1 menghasilkan bobot 100 biji jagung dan bobot pipilan kering dengan rata-rata tertinggi yaitu masing-masing 40, 55 g dan 147,22 g. Pada kerusakan tanaman jagung tumpangsari lebih rendah dibandingkan dengan kerusakan tanaman monokultur. Pada variabel persentase kerusakan daun memiliki nilai 2,30 % sedangkan pada sistem monokultur 7,80 %. Pada variabel persentase kerusakan batang sistem tanam tumpangsari memiliki nilai 2,50 % sedangkan pada sistem tanam monokultur memiliki nilai 41,46 %. Pada variabel persentase kerusakan tongkol sistem tanam tumpangsari memiliki nilai 3,39 % sedangkan pada sistem tanam monokultur memiliki nilai 49,99 %.