KARAKTERISTIK LAHAN DAN VEGETASI PADA EKOSISTEM PASCA TAMBANG DAN HUTAN SEKITAR TAMBANG BATUBARA DI KABUPATEN BENGKULU TENGAH PROVINSI BENGKULU

Main Authors: Pangestu, Leo, Hery, Suhartoyo, Wiryono, Wiryono
Format: Thesis NonPeerReviewed Archive
Bahasa: eng
Terbitan: , 2019
Subjects:
Online Access: http://repository.unib.ac.id/19900/1/Skripsi_Leo%20pangestu_E1B014002.pdf
http://repository.unib.ac.id/19900/
Daftar Isi:
  • Pertambangan batubara yang ada di Indonesia pada umumnya menggunakan sistem pertambangan terbuka. Penambangan terbuka tersebut menyebabkan beberapa dampak kerusakan diantaranya perubahan lahan, perubahan karakteristik sifat fisik dan kimia tanah. Dampak kerusakan lingkungan lainnya adalah hilangnya flora dan fauna serta terganggunya kestabilan tanah, fungsi hidrologis, keragaman jenis, serapan karbon, pemasok oksigen dan pengatur suhu. Perusahaan tambang swasta yang bergerak dibidang pertambangan batubara adalah PT. Danau Mas Hitam. Perusahaan ini terletak di Kabupaten Bengkulu Tengah Provinsi Bengkulu dan terletak di Kawasan Hutan Produksi Rindu Hati I dan Rindu Hati II. Peraturan menteri kehutanan menyatakan bahwa perusahanan pertambangan dan energi mewajibkan untuk mereklamasi kawasan yang di pinjam pakai. Reklamasi adalah kegiatan untuk memperbaiki lahan. Keberhasilan reklamasi dapat di lihat dari kondisi ekosistem areal reklamasi yang menyerupai ekosistem semula. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan karakteristik lahan dan vegetasi pada ekosistem pasca tambang dan hutan sekitar tambang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah inventarisasi, sistematik dan metode jelajah. Pengunaan 3 metode tersebut digunakan untuk mengukur variabel penelitian. Variabel tersebut adalah sifat fisik kimia tanah dengan metode pengambilan sampel sistimatik, variabel seresah dengan metode pengambilan sampel secara sistematik, pendataan vegetasi (tinggi total pohon, TBC pohon, diameter pohon dan lebar tajuk pohon) dan metode jelajah untuk pengamatan tingkat erosi yang terjadi pada lokasi pengamatan. Kegiatan tersebut dilakukan pada 4 lokasi pengamatan diantaranya hutan sekunder sekitar tambang, lokasi reklamasi tegakan rapat berumur 15, tegakan jarang berumur 15 tahun dan lahan semak. Pengamatan dilakukan pada transek pengamatan, disetiap lokasi terdapat 2 transek yang berukuran 10 x 100 meter. Karakteristik tanah pada 4 lokasi pengamatan di PT. Danau Mas Hitam didominasi oleh tekstur tanah berpasir, jika di klasifikasikan tekstur tanah berdasarkan segitiga tekstur tanah hutan sekunder termasuk dalam kelas tekstur lempung berpasir, tegakan rapat: lempung liat berpasir, tegakan jarang: lempung berpasir dan lokasi semak: lempung berpasir. Tanah berpasir pada masing-masing lokasi mengakibatkan penyimpanan air yang buruk pada masing masing lokasi karena memiliki pori-pori yang besar. Tekstur tersebut menyebabkan pengukuran berat volume pada masing- masing lokasi menghasilkan perhitungan berat volume yang cukup tinggi. Sedangkan unsur kimia tanah nitrogen, fosfor dan kalium pada masing-masing lokasi menunjukan perhitungan kandungan fosfor pada masing-masing lokasi termasuk pada kadar fosfor sangat rendah, unsur nitrogen termasuk dalam kadar nitrogen rendah dan sedang dan unsur kalium termasuk dalam kadar kalium rendah dan sedang. Dengan pH tanah pada masing-masing lokasi menunjukan kurang dari 7 sehingga tanah pada 4 lokasi tersebut tergolong masam. Perbandingan seresah terbanyak terdapat pada hutan sekunder yang menunjukan rata-rata ketebalan seresah 5,3 cm, pada hutan sekunder terdapat banyak pohon, seresah yang ada pada lantai hutan sekunder merupakan seresah dari pepohonan yang rapat pada lokasi ini. Sedangkan pada areal revegetasi produktifitas seresah lebih tinggi pada lokasi tegakan jarang dengan rata-rata ketebalan seresah 1,63 cm, karakteristik seresah pada lokasi ini adalah dedaunan sengon dan seresah daun rumput gajah yang banyak terdapat pada lokasi tegakan rapat, sedangkan pada lokasi tegakan jarang seresah pepohonan lebih sedikit dikarenakan jumlah pohon pada lokasi tegakan jarang juga sedikit, jumlah pohon yang sedikit menghasilkan tebal seresah yang kecil yaitu rata-rata 0,80 cm. kadar air seresah pada masing-masing lokasi masih cukup tinggi pada setiap lokasi. Kadar air tertinggi pada tegakan jarang yaitu 34,6 %, katagori seresah pada masing-masing lokasi setengah terurai. Laju dekomposisi seresah yang rendah tersebut dapat dilihat dari kadar karbon pada seresah yang masih cukup tinggi, sedangkan unsur nitrogen pada masing-masing lokasi di pengaruhi oleh tutupan lahan menuju tutupan lahan yang lebih jarang kadar nitrogen semakin kecil. Tutupan vegetasi pada lokasi pengamatan menunjukan perbedaan pertumbuhan pada masing-masing lokasi pengamatan, pertumbuhan tertinggi terdapat pada lokasi tegakan rapat dengan rata-rata tinggi pohon 18 meter perbedaan tinggi pohon tersebut sebanding dengan pertumbuhan diameter pohon, pertumbuhan diameter pohon pada masing-masing lokasi lebih baik pada lokasi tegakan rapat 26,4 cm, perbedaan tersebut dipengaruhi oleh topografi pada lokasi tegakan rapat yang relatif landai antara 3-11o, perbedaan pertumbuhan tersebut menghasilkan kanopi yang berbeda pula, hasil perhitungan bukaan kanopi menghasilkan hutan sekunder menghasilkan bukaan kanopi yang lebih kecil pada lokasi tersebut. Bukaan kanopi sangat erat hubungannya dengan jumlah pohon, jumlah pohon pada hutan sekunder 60 pohon, pada tegakan rapar 41 dan pada lokasi tegakan jarang 18 pohon. Perbedaan jumlah pohon pada areal revegetasi tersebut menggambarkan pemeliharahaan revegetasi yang kurang di aplikasikan. Tingkat erosi pada masing-masing lokasi dengan pengamatan secara visual dan metode jelajah di dapatkan kejadian erosi tertinggi pada lokasi tegakan jarang 13 kejadian erosi dengan 8 erosi parit (Gully Erosion) dan 5 erosi alur (Riil Erosion) sedangkan pada lokasi hutan sekunder terjadi 2 erosi parit (Gully Erosion) dan 1 erosi alur (Riil Erosion) lokasi tegakan rapat 6 erosi parit (Gully Erosion) dan 4 erosi alur (Riil Erosion) pada lokasi semak 11 erosi alur (Riil Erosion) kejadian erosi pada lokasi tegakan jarang menyebabkan pertumbuhan tanaman revegetasi pada lokasi tersebut terhambat pertumbuhannya, kejadian erosi pada lokasi tegakan jarang tersebut dipengaruhi oleh kelerengan, pengaturan kelerengan pada lokasi tersebut. Sedangkan pada lokasi semak penutup tanah (cover crop) hanya ilalang dan putri malu dengan kelerengan yang landai 3o hsl tersebut mempengaruhi erosi yang terjadi pada lokasi semak yaitu hanya erosi alur (Riil Erosion). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan kelerengan pada hutan sekunder 2-10o, tegakan rapat 3-11o, tegakan jarang 3-17o dan semak 3o unsure fosfor pada masing-masing lokasi tergolong sangat rendah, sedangkan unsur nitrogen dan kalium tergolong rendah sampai sedang, pH tanah masam, bukaan kanopi pada hutan sekunder 21,52% sedangkan areal pasca tambang lokasi tegakan rapat 32,42%, tegakan jarang 79,48%, semak 100%. Ketebalan seresah tertinggi pada lokasi hutan sekunder 5,3 cm kategori seresah setengah terurai, kejadian erosi pada hutan sekunder 3 kejadian erosi tegakan rapat 10 kejadian erosi, tegakan jarang 13 erosi dan semak 11 erosi.