PENGARUH MEDIA TANAM LIMBAH SERAT BUAH SAWIT TERHADAP PERTUMBUHAN SEMAI SENGON (Paraserianthes falcataria)

Main Authors: Alfajrie, Ilham M, Enggar, Apriyanto, Agus, Susatya
Format: Thesis NonPeerReviewed Archive
Bahasa: eng
Terbitan: , 2019
Subjects:
Online Access: http://repository.unib.ac.id/19893/1/Skripsi%20ILHAM%20M%20ALFAJRIE%20NPM%20E1B013050.pdf
http://repository.unib.ac.id/19893/
Daftar Isi:
  • Kementerian Kehutanan (2011), luas lahan hutan Indonesia 131.279.115,98 ha dan luas hutan yang kritis 22.025.581,00 ha dan sangat kritis sekitar 5.269.260,00 ha. Upaya untuk menanggulangi atau memulihkan fungsi hutan adalah melakukan penanaman kembali lahan-lahan terbuka dan kritis. Tanaman sengon bisa dijadikan salah satu tanaman yang bisa dimanfaatkan untuk merehabilitasi lahan yang telah kritis. Peningkatan produksi kelapa sawit dari tahun ke tahun, akan terjadi pula peningkatan volume limbahnya. Pengolahan untuk 1 ton kelapa sawit dapat menghasilkan limbah berupa tandan kosong kelapa sawit sebanyak 23% atau 230 kg, limbah cangkang (shell) sebanyak 6,5% atau 65 kg, wet decanter solid (lumpur sawit) 4 % atau 40 kg, serabut (fiber) 13% atau 130 kg serta limbah cair sebanyak 50% (Mandiri, 2012). Limbah industri Crude Palm Oil (CPO) yang produksinya besar memiliki berupa serat buah sawit yang bisa dimanfaatkan untuk media tanam bahan organik. Produksi bibit sengon sampai saat ini masih menggunakan kontiner berupa polybag dan tanah sebagai media tumbuhnya. Pemilihan polybag ini karena mempunyai beberapa kelebihan seperti tidak mudah rusak dan harganya murah, tetapi kekurangan dari polybag kurang kompak dengan media tanam sehingga sangat rentan akan kerusakan pada semai akibat kegiatan pengelolaan dan pengangkutan semai. Penggunaan polybag dalam jumlah yang banyak juga menimbulkan permasalahan lingkunga, karena membutuhkan waktu yang lama untuk terdekomposisi secara alami. Untuk mengatasi kelemahan polybag adalah dengan menggunakan wadah semai berbahan dasar organik yang ramah lingkungan (pot organik). Limbah kelapa sawit yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah serat (fiber) buah kelapa sawit. Media organik serat buah sawit dianggap praktis dan juga ramah lingkungan, karena dapat langsung ditanam ke dalam tanah tanpa harus membuka wadahnya. Media tanam organik dapat terdekomposisi secara cepat, dan tidak menyebabkan terjadinya kerusakan perakaran saat semai dipindahkan ke lapangan (Budi et al, 2012). Semai sengon menggunakan media tanam limbah serat buah sawit dengan berbagai komposisi yaitu limbah sawit baru (≤ 1 bulan) dan limbah serat buah sawit lama (≥ 6 bulan), dibentuk silinder menyerupai pot dengan tinggi 10 cm, dan diameter lubang tanam 1 cm dengan kedalaman 8 cm. Kombinasi perlakuan komposisi limbah serat buah sawit kemungkinan besar akan memberi respon pertumbuhan yang berbeda. Penelitian tentang pengaruh media tanam limbah serat buah sawit pada semai sengon diharapkan dapat mendapatkan bibit yang bisa menunjang dalam upaya penanggulangan lahan yang kritis dan bisa dijadikan salah satu pemanfaatan limbah industri pengolahan kelapa sawit. Penelitian ini terdiri dari beberapa tahap yaitu persiapan media tanam, pembuatan media tanam, persiapan semai, dan pemeliharaan semai. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL). Kombinasi perlakuan komposisi media antara limbah serat buah sawit lama (≥ 6 bulan) dan limbah serat buah sawit baru (≤ 1 bulan) Terdiri dari 7 perlakuan, dan media tanah (kontrol ). Hasil penelitian yang telah dilakukan komposisi media tanam limbah serat buah sawit berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan semai sengon. Pertumbuhan semai pada media tanam limbah serat buah sawit berada di bawah pertumbuhan semai menggunakan media tanah (kontrol). Komposisi limbah serat buah sawit segar (umur ≤ 1 bulan) 30% dan limbah serat buah sawit lama (umur ≥ 6 bulan) 70% (P5) memiliki pengaruh yang terbaik terhadap pertumbuhan semai sengon ditunjukkan dengan parameter tinggi semai (22,88 cm), diameter batang semai (2,94 mm), jumlah daun semai (6 helai), dan nilai kekokohan bibit (8,04). Kombinasi perlakuan komposisi limbah serat buah sawit segar (umur ≤ 1 bulan) 80% dan limbah serat buah sawit lama (umur ≥ 6 bulan) 20% (P2) merupakan pertumbuhan yang paling lambat, ditunjukkan dengan parameter tinggi semai (13,79 cm), diameter batang semai (1,86 mm), jumlah daun semai (6 helai), dan nilai kekokohan bibit (7,40).