ANALISIS PENDAPATAN DAN NILAI TAMBAH PENGOLAHAN SALAK DI DESA PARSALAKAN KECAMATAN ANGKOLA BARAT KABUPATEN TAPANULI SELATAN
Main Authors: | Prabowo, Sarwo Hadi, Redy, Badrudin, Nyayu, Neti Arianti |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Archive |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2019
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.unib.ac.id/19822/1/SKRIPSI_SARWO%20%281%29.PDF http://repository.unib.ac.id/19822/ |
Daftar Isi:
- Indonesia merupakan negara agraris yang terletak di kawasan garis khatulistiwa dan memiliki iklim tropis, yang mana sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani.Sektor pertanian terdiri dari sub sektor tanaman bahan pangan, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan. Salah satu sektor tanaman bahan pangan yaitu tanaman hortikultula dan dimana salak merupakan tanaman hortikultura. Produksi salak di Indonesia pada tahun 2013 mengalami sedikit penurunan, yaitu sebesar 5.005 ton atau sebesar 0,48% dari tahun 2012 (Direktorat Jenderal Hortikultura, 2014). Berbicara tentang salak provinsi Sumatera Utara mempunyai kota yang dijuluki sebagai kota salak yaitu kota Padangsidimpuan. Kota ini dijuluki sebagai kota salak karena para petani salak yang berada di Kabupaten Tapanuli Selatan yang mengelilingi kota ini. Kabupaten Tapanuli Selatan merupakan salah satu kabupaten yang berada di Sumatera Utara yang dikenal sebagai daerah penghasil salak. Salah satu komoditas unggulan dari Kabupaten Tapanuli Selatan adalah buah salak. Jika dilihat dari angka produksinya, buah salak adalah buah yang produksinya paling banyak dibandingkan dengan buah-buahan lainnya. Produksi buah salak pada tahun 2014 meningkat sebanyak 47,08% dari tahun sebelumnya (BPS Kabupaten Tapanuli Selatan, 2015). Buah salak yang sudah siap panen tidak akan bertahan lama, yaitu 1-7 hari karena buah salak akan mengalami pembusukan. Untuk menghindari hal tersebut perlunya perlakuan pada buah salak seperti mengolah salak menjadi produk baru turunan dari salak. Produk olahan salak ini diharapkan dapat membantu petani dan pihak industri untuk memperoleh dan meningkatkan keuntungan atau pendapatan. Selain itu buah salak akan mendapatkan nilai tambah dan lebih tahan lama dibandingkan sebelum diolah. Pendirian industri pengolahan buah salak di Desa Parsalakan diharapkan akan dapat membantu mengatasi keadaan yang dialami petani pada saat panen raya dengan buah salak yang melimpah. Berdirinya industri tersebut diharapkan juga memberikan dampak positif bagi petani salak. Jadi, petani tidak khawatir lagi pada saat panen raya tiba karena buah salak akan menjadi bahan baku dalam pembuatan dodol salak, keripik salak dan lain-lain. Produk olahan salak seperti dodol salak dan keripik salak banyak disukai atau digemari oleh masyarakat Tapanuli Selatan maupun masyarakat luar daerah tersebut. Dodol salak dan keripik salak merupakan makanan atau oleh-oleh khas dari Tapanuli Selatan. Pengolahan hasil pertanian khususnya komoditas hortikultura salak menjadi salah satu alternatif untuk mengantisipasi hasil produksi berlimpah yang tidak dapat di pasarkan karena mutunya rendah. Dari latar belakang tersebut peneliti ingin mengkaji pendapatan atau laba yang dihasilkan dari pengolahan salak menjadi dodol salak dan keripik salak, serta menganalisa nilai tambah yang diberikan kepada produk olahan salak menjadi dodol salak dan keripik salak yang siap dipasarkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendapatan dan nilai tambah dari pengolahan salak di Desa Parsalakan Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan. Dengan menggunakan metode rugi laba untuk mengetahui pendapatan yang dihasilkan dari pengolahan salak tersebut, dan menggunakan metode Hayami untuk mengetahui berapakah nilai tambah yang dihasilkan dari produk hasil pengolahan salak tersebut. Hasil penelitian menunjukkan Pendapatan atau laba yang diperoleh dari pengolahan salak menjadi dodol salak di Desa Parsalakan pada Industri Agrina adalah sebesar Rp.1.274.407,17/PP dan pada Industri Salacca sebesar Rp.635.509,14/PP. Sedangkan pendapatan yang diperoleh dari pengolahan salak menjadi keripik salak pada Industri Agrina adalah sebesar Rp.405.017,30/PP dan pada Industri Salacca sebesar Rp.295.511,75/PP. Nilai tambah yang dihasilkan dari pengolahan salak menjadi dodol salak pada Industri Agrina adalah sebesar Rp.17.982,38/Kg dan pada Industri Salacca adalah Rp.15.101,03/Kg dengan rasio nilai tambah masing-masing produk kedua industri sebesar 55,33% dan 48,40%. Nilai tambah yang dihasilkan dari pengolahan salak menjadi keripik salak pada Industri Agrina adalah sebesar Rp.10.727,82/Kg dan pada Industri Salacca Rp.10.637,73/Kg dengan rasio nilai tambah masing-masing kedua industri sebesar 59,60% dan 59,10%. Kata kunci : Salak, Pendapatan, Nilai Tambah.