PEMBUATAN BIOETANOL DARI LIMBAH KEBUN JERUK RIMAU GERGA LEBONG (RGL) SEBAGAI PENGGANTI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
Main Authors: | Darliyasi, Vike, Kurnia, Harlina Dewi, Budiyanto, Budiyanto |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Archive |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2018
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.unib.ac.id/18632/1/SKRIPSI%20VIKE%20DARLIYASI%20%28E1G014043%29.pdf http://repository.unib.ac.id/18632/ |
Daftar Isi:
- Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan salah satu kebutuhan yang sangat penting dalam kehidupan manusia, namun BBM ini mempunyai permasalahan besar yaitu bahan bakarnya tidak dapat diperbaharui karena berasal dari fosil. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukannya bahan bakar alternatif, salah satunya yaitu bioetanol. Bioetanol dapat dibuat dari produk pertanian yang mengandung glukosa, pati dan selulosa. Dalam penelitian ini bahan baku yang digunakan yaitu limbah kebun jeruk Rimau Gerga Lebong (RGL) yang mana diketahui bahwa jeruk mengandung selulosa. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui jenis mikroorganisme dan waktu fermentasi yang dapat menghasilkan kadar etanol tertinggi dari limbah kebun jeruk RGL, dan variable pengamatannya yaitu pH dan suhu pada proses fermentasi, total padatan terlarut dan kadar etanol pada produk akhir. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari – April 2018 di Laboratorium Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dua faktorial, yang pertama yaitu jenis mikroorganisme yang terdiri atas Trichoderma viride (A1), Saccharomyces cerevisiae (A2), dan campuran dari Trichoderma viride dan Saccharomyces cerevisiae (A3). Faktor kedua yaitu waktu fermentasi yang terdiri atas 3 hari (B1), 5 hari (B2) dan 7 hari (B3). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada ketiga jenis mikroorganisme dengan variasi waktu fermentasi menunjukkan bahwa pH dan suhu yang dihasilkan mampu melakukan proses fermentasi dengan lancar. Total padatan terlarut tertinggi berada pada jenis mikroorganisme Trichoderma viride 3 hari dan 5 hari, serta jenis mikroorganisme campuran pada hari ke-3. Kadar etanol tertinggi berada pada jenis mikroorganisme Sachharomyces cerevisiae. Hasil ANOVA menunjukkan bahwa interaksi antara kedua perlakuan pada total padatan terlarut mengalami perbedaan yang nyata, sehingga dilanjutkan dengan dengan uji DMRT pada taraf signifikan 0,5%. Namun berbeda dengan hasil ANOVA pada kadar etanol yang menunjukkan bahwa adanya perbedaan yang nyata antara kadar etanol dengan jenis mikroorganisme, namun tidak adanya perbedaan yang nyata terhadap waktu fermentasi.