PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI VARIETAS WILIS PADA PEMBERIAN PUPUK HAYATI YANG BERBEDA DI LAHAN PESISIR
Main Authors: | Desmayani, Miranda, Rr. Yudhi, Harini Bertham, Dotti, Suryati |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Archive |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2018
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.unib.ac.id/18308/1/Skripsi%20Miranda%20Desmayani.pdf http://repository.unib.ac.id/18308/ |
Daftar Isi:
- Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan jenis tanaman pangan yang banyak dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia. Kedelai dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sumber protein nabati, misalnya sebagai bahan baku tahu, tempe, kecap, tauco, susu dan lain-lain. Produksi kedelai di Indonesia belum dapat memenuhi kebutuhan kedelai dalam negeri. Dengan demikian, untuk memenuhi kebutuhan kedelai maka pemerintah melakukan impor kedelai. Salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan produksi kedelai nasional dengan cara pemanfaatan lahan pesisir. Lahan pesisir umumnya mempunyai sifat tanah yang tidak stabil, unsur hara rendah, bahan organik rendah dan daya mengikat air juga rendah, sehingga lahan pesisir memiliki sifat biologi, fisika dan kimia tanah yang kurang menguntungkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut dilakukan pemupukan. Salah satu pupuk yang dapat digunakan adalah pupuk hayati. Pupuk hayati adalah inokulan berbahan aktif organisme hidup yang berfungsi untuk menambat hara tertentu atau memfasilitasi tersedianya hara dalam tanah bagi tanaman. Jenis mikroba tanah yang dapat memfasilitasi tersedianya hara adalah Bradyrhizobium, Fungi Pelarut Fosfat (FPF), dan Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA). Penelitian ini bertujuan untuk menentukan jenis pupuk hayati yang tepat dalam meningkatkan pertumbuhan dan hasil kedelai varietas Wilis di kawasan pesisir. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) faktor tunggal dengan perlakuan pupuk hayati jenis inokulan tunggal (Bradyrhizobium, FMA, dan FPF) dan inokulan ganda (Bradyrhizobium + FMA, Bradyrhizobium + FPF, dan FMA + FPF). Setiap perlakuan diulang tiga kali sehingga terdapat 18 satuan percobaan. Benih ditanam pada petakan berukuran 1,5 m x 3,6 m dengan jarak tanam 30 cm x 30 cm sehingga terdapat 60 tanaman dalam satu petakan. Kegiatan penanaman di mulai dengan membuat lubang tanam menggunakan tugal dengan kedalaman 3-5 cm. Setelah penugalan, lubang tanam dimasukkan 2 benih kedelai sembari diberi Carbofuran sebanyak 5-8 butir per lubang tanam. FMA diinokulasikan dengan cara memasukkan sebanyak 2,5 gram inokulan kedalam lubang tanam. FPF dan Bradyrhizobium diinokulasikan dengan cara mencampurkan dengan benih kedelai. Selanjutnya lubang tanam ditutup kembali dengan tanah. Pemupukan dilakukan pada saat penanaman dengan cara ditabur pada alur di antara barisan lubang tanam kedelai, kemudian pupuk ditaburkan secara merata pada alur tersebut. Pemeliharaan yang dilakukan meliputi pengairan, penyulaman, penjarangan, penyiangan dan pembumbunan, pengendalian hama. Pemanenan dilakukan apabila 95% polong pada satu tanaman berwarna coklat tua dan kering, daun menguning dan batang mulai mengering. Pelaksanaan panen dilakukan dengan cara memotong pangkal batang menggunakan gunting stek. Pengamatan dilakukan pada saat tanaman kedelai dalam fase vegetatif dan fase generatif. Variabel fase vegetatif yang diamati yaitu tinggi tanaman, jumlah cabang produktif, jumlah daun, pH H O, dan pH KCl, sedangkan variabel fase generatif umur berbunga, umur panen, jumlah polong bernas, jumlah polong total, jumlah biji per tanaman, bobot biji per tanaman, bobot 100 biji, dan bobot biji per petak. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis varian (ANAVA) taraf 5 % dan 10 %. Untuk membandingkan rata-rata antar pupuk hayati dilakukan dengan BNT pada taraf 5% dan taraf 10 % serta analisis korelasi. 2 Hasil penelitian menunjukkan bahwa inokulan tunggal maupun ganda Bradyrhizobium, FPF, dan FMA berpotensi meningkatkan daya dukung lahan pesisir bagi pertumbuhan tanaman kedelai. Pemberian inokulan tunggal dan ganda mampu menggantikan pupuk organik. Hal ini dikarenakan pemberian Inokulan tunggal Bradyrhizobium menghasilkan jumlah cabang terbanyak, jumlah polong total terbanyak, dan jumlah biji per tanaman tertinggi dan pemberian inokulan ganda FPF + FMA menghasilkan jumlah polong total banyak, jumlah biji per tanaman tinggi, bobot biji per tanaman terbesar, bobot biji per petak dan produktivitas tertinggi.