Respon Pertumbuhan Semai Nyamplung (Calophyllum inophylum) Terhadap Aplikasi Frekuensi Penyiraman dengan Volume Air Berbeda Pada Media Tanam Komposit Limbah Sawit (Fiber) dan Pupuk Kandang Sapi
Main Authors: | Abadi, Mahmud, Enggar, Apriyanto, Edi, Suharto |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Archive |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2018
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.unib.ac.id/17587/1/skripsi%20mahmud%20abadi.pdf http://repository.unib.ac.id/17587/ |
Daftar Isi:
- Data menunjukan bahwa luas ekosistem hutan pantai dari tahun ke tahun cenderung menurun, jika pada tahun 1996 luas vegetasi hutan pantai mencapai 180.000 ha sampai tahun 2004 hanya tersisa 78.000 ha (Tuheteru dan Mahfudz, 2012). Hal ini tentu berdampak pada kebutuhan semai pohon yang banyak guna merehabilitasi lahan tersebut. Salah satu jenis pohon yang dapat digunakan dalam merehabilitasi hutan pantai adalah nyamplung (Calopyllum inophylum). Pemanfaatan bahan organik seperti limbah sawit (fiber) dan pupuk kandang sapi sangat potensial digunakan sebagai komposit media tanaman alternatif untuk mengurangi penggunaan tanah. Salah satu kelebihan penggunaan bahan organik sebagai media tanam adalah memiliki struktur yang dapat menjaga keseimbangan aerasi. Bahan-bahan organik terutama yang bersifat limbah yang ketersediaannya melimpah dan murah dapat dimanfaatkan untuk alternatif media tumbuh yang sulit tergantikan. Bahan organik limbah sawit (fiber) mempunyai sifat remah sehingga udara, air, dan akar mudah masuk dalam fraksi tanah dan dapat mengikat air. Hal ini sangat penting bagi akar bibit tanaman karena media tumbuh sangat berkaitan dengan pertumbuhan akar atau sifat di perakaran tanaman (Putri 2008). Akan tetapi media ini memiliki beberapa kelemahan diantaranya adalah defisiensi nutrisi, untuk itu diperlukan cara untuk mengatasi defisiensi nutrisi dengan memberikan suplai hara yang cukup dan seimbang dengan cara mencampurnya dengan pupuk kandang sapi, pupuk kandang sapi mempunyai kadar serat yang tinggi seperti selulosa, pupuk kandang sapi juga dapat memberikan beberapa manfaat yaitu menyediakan unsur hara makro dan mikro bagi tanaman, menggemburkan tanah, memperbaiki tekstur dan struktur tanah, meningkatkan porositas, aerase dan komposisi mikroorganisme tanah, memudahkan pertumbuhan akar tanaman, daya serap air yang lebih lama pada tanah (Hartatik dan Widowati, 2010). Persemaian menggunakan media tanam bahan organik limbah sawit (fiber) dan pupuk kandang sapi dilakukan dengan beberapa perbedaan frekuensi peniyaraman dan volume air. Pada hakekatnya semua jenis media tanam termasuk bahan organik limbah sawit dan pupuk kandang sapi membutuhkan air sebagai sarana mengangkut unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Namun pemberian air pada media tanam mempunyai batas- batas tertentu. Sebab kebutuhan air oleh jenis-jenis tanaman kehutanan tidak sama, ada yang dapat bertahan hidup dalam genangan air atau sebalikya pada tempat kering. Belum banyak dilakukan penelitian mengenai jumlah dan frekuensi penyiraman yang baik dan tepat guna mengetahui kondisi optimal ketersediaan air dan udara khususnya dengan media tanam limbah sawit (fiber) dan pupuk kandang sapi pada persemaian nyamplung (C. inophyllum). Penelitian ini terdiri dari beberapa tahap yaitu pembuatan media tanam, pembuatan naungan dan penanaman di Laboraturium Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap faktorial dengan 2 dua faktor. Setiap perlakuan terdiri dari 5 ulangan, dengan 4 jenis frekunsi penyiraman yaitu 1 kali, 2 kali, 4 kali dan 6 kali (per dua hari) dan 3 volume air yaitu 300, 180 dan 60 ml sehingga terdapat 4 x 3 x 5 = 60 unit percobaan dan setiap unit percobaan digunakan semai berusia 2 bulan dengan tinggi awal 15 cm. Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah tinggi semai, diameter semai, jumlah daun, luas daun, kepadatan klorofil daun, berat kering tanur (semai, daun, batang dan akar), dan indeks mutu bibit dengan data penunjang yaitu suhu, kelembaban dan pH media tanam. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukan persemaian nyamplung menggunakan media tanam komposit limbah sawit (fiber) dan pupuk kandang sapi (1:1) lebih efektif menggunakan frekuensi penyiraman dua kali per dua hari (P2) hal ini ditunjukan dengan parameter tinggi semai (19,39 cm), diameter batang semai (5,54 mm), luas daun (21,96 cm2) dan indeks mutu bibit (0,38) yang tidak berbeda nyata dengan frekuensi penyiraman empat kali per dua hari (P3) dan enam kali per dua hari (P4). Selain itu penggunaan volume air lebih efektif dan efisien menggunakan volume air 180 ml (V2) hal ini ditunjukan dengan parameter tinggi semai (20,43 cm), diameter batang semai (5,68 mm), jumlah daun (11,95 helai), luas daun (21,92 cm2) dan indeks mutu bibit (0,39) yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan volume air 300 ml (V1).