MODEL STRATEGI NAFKAH PETANI KELAPA SAWIT DI KABUPATEN BENGKULU TENGAH APLIKASI MODEL SEM (STRUCTURAL EQUATION MODEL)

Main Authors: Setiani, Rika, Ketut, Sukiyono, Melli, Suryanty
Format: Thesis NonPeerReviewed Archive
Bahasa: eng
Terbitan: , 2018
Subjects:
Online Access: http://repository.unib.ac.id/17509/1/SKRIPSI-RIKA%20SETIANI.pdf
http://repository.unib.ac.id/17509/
Daftar Isi:
  • Perekonomian Provinsi Bengkulu mengalami peningkatan dari 4,86 % menjadi 4,99 % pada tahun 2015, yang bersumber dari konsumsi rumah tangga dan ekspor (kelapa sawi dan karet). Namun peningkatan ini tidak berdampak pada kesejahteraan penduduknya (terutama petani). Komoditi kelapa sawit merupakan salah satu primadona yang banyak dikembangkan oleh petani di Provinsi Bengkulu. Berdasarkan catatan statistika perkebunan kelapa sawit Indonesia, Provinsi Bengkulu termasuk kedalam sepuluh provinsi penghasil kelapa sawit terbesar di Sumatera. Kabupaten Bengkulu Tengah merupakan salah satu dari lima kabupaten penghasil kelapa sawit di Provinsi Bengkulu, dengan luas lahan 12.397 Ha dan produksi rata-rata 3.263 kg/Ha. Dari angka tersebut dapat diketahui banyaknya masyarakat yang menggantungkan hidupnya menjadi petani kelapa sawit. Penurunan harga komoditi kelapa sawit yang mencapai harga terendah membuat keuntungan (pendapatan) yang diperoleh petani sedikit, sedangkan kebutuhan yang harus dipenuhi adalah kebutuhan sehari-hari dan perkebunan. Dalam kondisi yang sulit seperti ini petani dituntut untuk melakukan suatu strategi yang dapat menambah pendapatan, yang nantinya akan digunakan kembali sebagai modal. Penelitian ini dilakukan untuk melihat tingkat pendapatan petani, tingkat ketahanan pangan rumah tangga petani, penguasaan aset petani, strategi nafkah petani, dan melihat pengaruh produksi, pendapatan, ketahanan pangan, penguasaan aset, dan strategi nafkah.Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bengkulu Tengah, dengan penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja. Responden penelitian adalah petani kelapa sawit sebanyak 160 orang, yang merupakan data hasil survei lapangan penelitian yang didanai oleh lembaga Badan Pengelola Dana Perkebunan komoditi Kelapa Sawit tahun 2016. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh langsung dari responden melalui wawancara dan data sekunder yang diperoleh dari instansi dan literatur. Metode yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif, yaitu menggambarkan keadaan dengan menggunakan angka-angka yang bermakna. Analisis data yang digunakan adalah analisis pendapatan, analisis ketahanan pangan, dan analsisi SEM menggunakan PLS. Analisis SEM-PLS digunakan untuk melihat pengaruh variabel produksi, pendapatan, ketahanan pangan, penguasaan aset, dan strategi nafkah. Penerimaan petani kelapa sawit terdiri dari dua sumber, yaitu penerimaan usahatani kelapa sawit dan penerimaan non usahatani kelapa sawit. Total penerimaan rata-rata petani kelapa sawit di Kabupaten Bengkulu Tengah adalah Rp 3.030.393,75. Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan petani dengan total biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani. Total biaya produksi rata-rata yang dikeluarkan oleh petani adalah Rp 1.335.156,77. Tingkat pendapatan yang diterima oleh petani adalah Rp 1.695.236,98/ bulan. Tingkat ketahanan pangan rumah tangga petani diukur dengan menggunakan indikator proporsi pengeluaran pangan jika < 60 % tahan pangan dan ≥ 60 % tidak tahan pangan. Hasil yang didapat adalah 85 % rumah tangga petani tergolong tahan pangan dan 15 % tidak tahan pangan, dengan rata-rata proporsi pengeluaran pangan rumah tangga adalah 46,23 %. Penguasaan aset oleh petani dikelompokkan ke dalam lima modal, yaitu modal alam, modal fisik, modal manusia, modal sosial, dan modal finansial. Modal alam yang dikuasai oleh petani adalah ketersediaan air yang digunakan untuk perkebunan dan sehari-hari, keberadaannya mudah didapatkan dan tidak berjarak jauh dari lokasi. Petani kelapa sawit telah memiliki penguasaan akses yang baik terhadap keberadaan modal fisik berupa jalan utama, jalan desa, jalan perkebunan, jembatan, pasar, jaringan komunikasi, dan kantor pos. Modal manusia yang dimiliki oleh petani adalah tingkat pendidikan rata-rata 9,16 tahun, memiliki tingkat kesehatan yang baik dan keterampilan lain diluar usahatani. Modal sosial yang dimiliki petani diukur dalam tiga kelompok kepercayaan, partisipasi, dan jaringan sosial. Kepercayaan petani terhadap lingkungannya sangat baik, partisipasi petani terhadap kelembagaan sosial yang ada baik, dan jaringan sosial yang dimiliki oleh petani cukup baik. Modal finansial petani kelapa sawit adalah bank, koperasi, pemerintah, badan amal, dan sumber lainnya, dengan bank dan sumber lainnya menjadi modal finansial utama yang mendukung petani selain modal sendiri. Strategi nafkah yang dilakukan petani kelapa sawit di Kabupaten Bengkulu Tengah adalah disintensifikasi dengan cara mengurangi pembelian sarana produksi dan mengurangi jumlah tenaga kerja dan disekstensifikasi dengan cara meminjam ke bank, toke, kelompok tani, kerabat, tetangga, menjual ternak, dan mengambil tabungan. Selain itu juga, petani melakukan diversifikasi nafkah atau pola nafkah ganda dengan bekerja sebagai buruh, karyawan, wiraswasta, PNS, pedagang, dokter, dan lain-lain. Hasil dari pengujian hubungan pengaruh dengan menggunakan SEM-PLS didapatkan, variabel produksi berpengaruh signifikan positif terhadap pendapatan, dan tidak berpengaruh signifikan terhadap ketahanan pangan, penguasaan aset, dan strategi nafkah. Pendapatan berpengaruh signifikan positif terhadap ketahanan pangan, dan berpengaruh signifikan negatif terhadap penguasaan aset dan strategi nafkah. Ketahanan pangan berpengaruh signifikan positif terhadap penguasaan aset dan penguasaan aset berpengaruh signifikan posistif terhadap strategi aset. Kata Kunci : Fluktuasi Harga, Petani Kelapa Sawit, Strategi Nafkah, dan SEM-PLS.