PERTUMBUHAN DAN HASIL EMPAT VARIETAS KEDELAI PADA LAHAN PESISIR YANG BER-BIOKOMPOS
Main Authors: | Nur, Aini, Yudhi, Harini Bertham, Mukhtasar, Mukhtasar |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Archive |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2017
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.unib.ac.id/15471/1/Skripsi%20Nur%20Aini%20%28E1J013073%29.pdf http://repository.unib.ac.id/15471/ |
Daftar Isi:
- Kedelai (Glycine max (L.) merupakan salah satu komoditas pangan penting di Indonesia. Kedelai dapat dimanfaatkan untuk keperluan industri, pangan maupun pakan ternak. Jumlah kedelai yang dihasilkan belum mampu memenuhi kebutuhan konsumsi yang semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk yang juga semakin meningkat. Dengan demikian, impor kedelai menjadi pilihan untuk memenuhi kebutuhan pangan. Salah satu penyebab naiknya impor kedelai adalah beralihnya lahan pertanian menjadi lahan non pertanian seperti kawasan perumahan, pabrik dan jalan tol. Salah satu cara untuk menambah luasan lahan adalah dengan memanfaatkan lahan marginal seperti lahan pesisir. Lahan pesisir adalah lahan pasir tanpa struktur yang memiliki kadar garam tinggi, unsur hara rendah, bahan organik rendah dan daya mengikat air juga rendah. Dengan demikian, dibutuhkan suatu upaya untuk memanfaatkan lahan pesisir. Penerapan teknologi dan teknik budidaya dapat dijadikan alternatif untuk mengembangkan pertanian di lahan pesisir. Pemberian pupuk organik dapat dilakukan untuk mengantisipasi permasalahan di lahan pesisir. Salah satu pupuk organik yang dapat digunakan yaitu kompos kulit kopi. Selain penggunaan pupuk organik, pemilihan varietas yang adaptif dan berproduksi tinggi di lahan pesisir dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi kedelai. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan varietas kedelai yang mampu tumbuh baik dan berproduksi tinggi di lahan pesisir yang diberi biokompos. Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) dengan faktor tunggal yaitu varietas kedelai. Empat empat varietas kedelai yang digunakan yaitu Wilis, Grobogan, Detam I dan Detam II. Setiap perlakuan diulang lima kali sehingga terdapat 20 satuan percobaan. Benih ditanam pada petakan berukuran 1,5 m x 3 m dengan jarak tanam 30 cm x 30 cm sehingga terdapat 50 tanaman dalam satu petakan. Kegiatan penanaman dimulai dengan membuat lubang tanam menggunakan kayu dengan kedalaman 3-5 cm. Setelah penugalan, lubang tanam diberi Carbofuran sebanyak 5-8 butir per lubang tanam. Selanjutnya dilakukan penanaman, setiap lubang tanam dimasukkan 2 benih kedelai, kemudian lubang tanam ditutup kembali dengan tanah. Pemupukan dilakukan 3 pada saat penanaman dengan cara ditabur pada alur di antara barisan lubang tanam kedelai, kemudian pupuk ditaburkan secara merata pada alur tersebut, Pemeliharaan yang dilakukan meliputi penyulaman, penyiangan, pengairan, pembubunan, pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT). Pemanenan dilakukan dua kali yaitu pada fase vegetative dan fase generatif. Pemanenan fase vegetatif dilakukan ketika kira-kira 10% tanaman sudah berbunga dan pemanenan fase generatif dilakukan apabila 95% polong pada satu tanaman berwarna coklat tua dan kering, daun menguning dan batang mulai mengering. Pelaksanaan panen dilakukan dengan cara mencabut tanaman kedelai. Pengamatan dilakukan terhadap komponen pertumbuhan dan hasil kedelai. Komponen pertumbuhan yang diamati yaitu tinggi tanaman, bobot kering tanaman, kadar N jaringan , serapan N, umur berbunga sedangkan komponen hasil yaitu persentase polong bernas per tanaman, jumlah biji per tanaman, bobot biji per tanaman dan bobot 100 biji. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis varian (ANAVA) taraf 5 %. Untuk membandingkan rata-rata antar varietas kedelai dilakukan dengan DMRT pada taraf 5% dan analisis korelasi. Hasil analisis varian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata antar varietas pada variabel tinggi tanaman, bobot kering tanaman, persentase polong bernas per tanaman, jumlah biji per tanaman, berat biji per tanaman dan bobot 100 biji. Varietas Wilis menghasilkan tinggi tanaman paling tinggi, persentase polong bernas per tanaman paling tinggi, jumlah biji per tanaman terbanyak, dan bobot biji per tanaman terberat, sedangkan varietas Grobogan menghasilkan bobot kering tanaman paling berat dan bobot 100 biji terberat.