ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA TERNAK PUYUH PETELUR OLEH PETERNAK DI KOTA BENGKULU

Main Authors: Agung, Rahmat, Nusril, Nusril, Redy, Badrudin
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2017
Subjects:
Online Access: http://repository.unib.ac.id/15336/1/AGUNG%20RAHMAT%2C%20E1D012018.pdf
http://repository.unib.ac.id/15336/
Daftar Isi:
  • Pertanian merupakan salah satu sektor yang berperan penting secara nasional terutama dalam kontribusinya terhadap perekonomian nasional. Dari Sensus Pertanian (ST 2013) menunjukkan bahwa pertanian di Indonesia didominasi oleh usaha rumah tangga. Akan tetapi, kontribusi dari perusahaan dan usaha pertanian lainnya juga tidak bisa diabaikan sebab terdapat jumlah perusahaan pertanian yang cukup besar. Hal tersebut dapat dilihat pada Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 10,26 % dari kontribusinya terhadap perekonomian nasional, dengan pertumbuhan sekitar 3,90 % dan penyerapan tenaga kerja sebesar 30,20 % yaitu sekitar 35,76 juta jiwa (Kementerian Pertanian, 2015). Khusus pada sub sektor peternakan tahun 2016 terdapat 687 perusahaan yang terdata secara nasional (BPS, 2015). Menurut Handayani, dkk (2013), usaha ternak puyuh ialah satu dari sekian usaha ternak unggas penghasil telur dan daging sebagai pendukung ketersediaan protein hewani yang murah dan mudah didapatkan. Usaha ternak puyuh petelur merupakan jenis usaha yang banyak diminati dan dikembangkan disebabkan oleh produksinya yang relatif cepat (umur 40 hari sudah bertelur). Selain itu usaha ini juga tidak membutuhkan modal yang besar dan tempat yang luas. Jumlah populasi burung puyuh yang ada di Provinsi Bengkulu rata - rata setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan yaitu sebesar 49,5 % dari 22.586 ekor pada tahun 2011 menjadi 78.531 ekor pada tahun 2015. Selain dari total jumlah populasi burung puyuh petelur yang semakin meningkat setiap tahunnya, keseluruhan dari total hasil jumlah produksi telur puyuh juga terus meningkat sesuai dengan jumlah permintaan telur yang ada di pasar. Penelitian ini dilaksanakan pada 26 Agustus sampai dengan 26 September 2016. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor - faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal (peluang dan ancaman) usaha ternak puyuh petelur di Kota Bengkulu dan merumuskan strategi alternatif pengembangan usahanya. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, faktor lingkungan usaha pada peternakan puyuh yang ada di Kota Bengkulu terdiri dari 10 aspek faktor lingkungan. Dimana aspek faktor lingkungan tersebut terdiri dari aspek faktor lingkungan internal dan aspek faktor eksternal. Kedua aspek faktor tersebut didapatkan pada saat melakukan survei awal dan aspek faktor lingkungan intenal terdiri dari aspek teknis, sumber daya manusia, pemasaran, penunjang dan kinerja finansial. Sedangkan aspek faktor eksternal terdiri dari ekonomi, politik/hukum dan pemerintahan, sosial budaya lingkungan, teknologi serta lingkungan industri dan operasional. Dari kedua faktor telah sesuai dengan kondisi lapangan pada usaha ternak puyuh yang ada di Kota Bengkulu. Faktor lingkungan internal usaha ternak puyuh di Kota Bengkulu terdiri dari 16 faktor lingkungan internal. Faktor lingkungan internal ini dibagi menjadi dua bagian yakni faktor internal kekuatan dan faktor internal kelemahan. Faktor lingkungan kekuatan pada usaha ternak puyuh ini terdiri dari 8 faktor kekuatan, dimana faktor-faktorinilah yang mendukung dalam pengembangan usaha ternak puyuh. Faktor kekuatan yang terdapat pada usaha ternak puyuh ini terdiri dari kapasitas produksi telur puyuh tinggi, pengalaman kerja, skill/ keahlian, akses peternak puyuh terhadap pasar, harga telur puyuh yang stabil, r/c rasio menguntungkan, rentabilitas tinggi, dan rata-rata pendapatan tinggi. Sedangkan faktor Internal Kelemahan yang terdapat pada usaha ternak puyuh terdiri dari penggunaan mesin tetas sederhana, kandang layer bersifat semi permanen, pengemasan telur puyuh masih sederhana, peternak belum mampu menjalankan usaha yang lebih besar lagi, tingkat pendidikan, belum adanya promosi, kontinuitas (kesinambungan pasokan) produk dan belum ada legalitas usaha untuk akses perbankan. Pada analisis matriks IFE (Internal Factor Evaluation) ada beberapa faktor kekuatan yang memiliki nilai skor terbobot tinggi. Faktor yang memiliki nilai skor terbobot yang paling tinggi antara lain, rata-rata pendapatan tinggi (0,2692), R/C Rasio menguntungkan (0,2665), Skill (Keterampilan) (0,2637), rentabilitas tinggi (0,2610), akses peternak puyuh terhadap Pasar (0,2555) dan kapasitas produksi telur puyuh tinggi (0,2445). Sedangkan hasil analisis matriks IFE (Internal Factor Evaluation) kelemahan, faktor yang memiliki nilai rendah berarti memiliki kelemahan yang besar yaitu kontinuitas (kesinambungan pasokan) produk, pengemasan telur masih sederhana, mesin tetas yang digunakan masih manual, serta belum adanya legalitas usaha. Sedangkan pada analisis matriks EFE (eksternal Factor Evaluation), peluang tersebut antara lain prospek pasar yang semakin luas (0,5181), Tingkat permintaan telur puyuh tinggi (0,4819), tersedianya insfratruktur penunjang pengembangan usaha telur puyuh (0,4528), serta ketersediaan dukungan teknis dari penyuluh (0,3524). dan beberapa faktor eksternal yang menjadi ancaman pada usaha ternak puyuh yang ada di Kota Bengkulu diantaranya adalah kenaikan harga bahan bakar, tarif listrik, dan tarif PDAM dan adanya penjual telur puyuh dari luar kota dan provinsi. Strategi alternatif yang didapatkan berdasarkan hasil analisis pada matriks SWOT, yaitu strategi peningkatan skala usaha atau peningkatan jumlah populasi puyuh, inovasi produk telur puyuh dalam peningkatan nilai tambah, dan memaksimalkan sumber daya peternak dengan pemanfaatan teknologi modern. Kata Kunci: Faktor Internal dan Eksternal, IFE, EFE dan SWOT (Program Studi Agribisnis, Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu)