INSIDENSI PENGGEREK BUAH KOPI ROBUSTA (Hypothenemus hampei Ferr.) DI KECAMATAN KEPAHIANG DAN KECAMATAN UJAN MAS PADA TANAMAN ASAL SAMBUNG PUCUK (TAK – EN T) DAN SEEDLING
Main Authors: | Butar Butar, Irma Suryani, Aprianto, Dwinardi, Alnopri, Alnopri |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Archive |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2017
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.unib.ac.id/14904/1/Skripsi%20Irma%20Suryani%20Butar%20Butar.pdf http://repository.unib.ac.id/14904/ |
Daftar Isi:
- Kopi merupakan salah satu komoditas andalan Indonesia dalam mendatangkan devisa negara. Luas areal kopi di Indonesia menempati urutan kedua terbesar setelah Brazil Rendahnya produktivitas kopi Indonesia karena sebagian besar diusahakan oleh perkebunan rakyat dengan keterbatasan modal dan akses terhadap teknologi. Kendala utama budidaya kopi adalah serangan hama dan penyakit, salah satu diantaranya adalah penggerek buah kopi (PBKo), Hypothenemus hampei Ferr. PBKo menyebabkan penurunan produktivitas dan kualitas hasil secara nyata. Kehilangan hasil akibat serangan PBKo bervariasi tergantung pada kondisi lingkungan dan pengelolaan tanaman oleh petani. Apabila tidak dilakukan tindakan pengendalian PBKo kehilangan bisa mencapai 100%. Data tentang PBKo di Bengkulu masih sangat kurang, yang ada hanya menginformasikan tentang luas serangan. Oleh karena itu penelitian tentang tingkat serangan pada lokasi tertentu sangat dibutuhkan sebagai dasar untuk mengendalikan hama ini. Penelitian tentang insidensi PBKo telah dilakukan di Kabupaten Kepahiang (Kecamatan Kepahiang dan Kecamatan Ujan mas). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari – April 2015 di Kabupaten Kepahiang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat serangan dan perkembangan hama PBKo (Hypothenemus hampei) pada perkebunan kopi rakyat asal tanaman sambung pucuk dan asal seedling di Desa Pagar Gunung Kecamatan Kepahiang dan di Desa Suro Muncar Kecamatan Ujan Mas. Di desa Pagar Gunung dipilih satu kebun yang mengelola kebun dengan tanman sambung tunas dan kebun tradisional dengan luasan masing-masing + 1 ha. Di Kecamatan Ujan Mas dipilih 1 kebun dengan tanaman kopi asal bibit dari biji (seedling) dan satu kebun kopi dengan tanaman asal sambung tunas) luasan masing-masing + 1 ha. Tanaman sampel ditentukan secara acak (random) sebanyak 5 tanaman per petak pengamatan. Buah diambil dari 2 cabang yang posisinya berseberangan sebanyak enam dompol sebagai sampel dan diamati kerusakannya dan keberadaan PBKO. Pengamatan buah di mulai pada tanaman dengan umur buah 2 – 4 bulan (dari saat berbunga). Tanaman kopi di Kepahiang pada umumnya berbunga pada bulan November. Buah diamati setiap 10 hari sekali. Semua buah sampel dibawa ke Lapboratorium Perlindungan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu. Sampel buah dibuka satu per satu dengan cutter, diamati dan di catat jumlah buah yang sehat, buah terserang PBKo dan jumlah PBKonya (larva, pupa, dan imago). Persentase buah terserang (rusak) ditentukan berdasarkan jumlah buah yang dipanen per sampel. Buah yang gugur di ambil sebanyak 50 biji dari bawah pohon sampel Buah yang gugur kemudian dibuka dan dibedakan buah sehat dan buah terserang PBKo, selanjutnya di hitung persentase buah yang sehat dan terserang. Apabila buah yang gugur kurang dari 50 maka semuanya di ambil sebagai sampel. Data jumlah dan persentase buah rusak (terserang) dan jumlah PBKo dianalisis secara statistik dengan analisis varian (ANAVA), yang pada awalnya dilakukan dengan menggunakan model rancangan petak terbagi; lokasi (kecamatan) sebagai petak utama dan petak pengamatan (asal tanaman) sebagai anak petak, dan rerata dipisahkan dengan uji HSD. Akan tetapi karena tidak ditemukan interaksi yang nyata antara lokasi dengan petak sampel, maka untuk selanjutnya data digabung (pooled) per kecamatan dan per petak pengamatan untuk melihat perbedaan rerata antar dua lokasi dan atar petak tanaman, masing-masing dengan uji t dua sampel, dengan program Statistix 10 versi free trial. Hasil penelitian menunjukkan tingkat serangan PBKo pada kopi Robusta di Kecamatan Kepahiang dan Kecamatan Ujan Mas cukup tinggi di Kepahiang 45,84 %pada PSAS dan pada PSSP 57,65 % dan di Ujan Mas 48,50 % pada PSAS dan 57,65 % pada PSSP. Tidak ada perbedaan yang nyata pada tingkat serangan PBKo antara PSAS dengan PSSP. Tingkat serangan lebih tinggi di lokasi Kecamatan Kepahiang (16.360%) dibandingkan dengan di lokasi di Kecamatan Ujan Mas (9.796 %). Populasi kumbang PBKo pada kopi robusta di Kecamatan Kepahiang ( 49,45 ekor) dan Kecamatan Ujan Mas (48,55 ekor) tidak berbeda nyata, karena tidak terdapat perbedaan iklim mikro yang menyolok. Data tingkat kerusakan buah perlu diinformasikan kepada para petani agar mereka lebih baik dalam melakukan budidaya tanaman kopi, termasuk upaya pengendalian PBKo, sehingga produktifitas dan kualitas kopi di Kabupaten Kepahiang dapat ditingkatkan. Penelitian ini baru dilakukan dalam waktu terbatas (tiga bulan) sehingga belum tergambarkan insidensi serangan hama PBko dan pengaruh lingkungan terhadap populasi H. hampei secara baik. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yang mencakup kondisi pada musim hujan, kemarau, ketinggian tempat, keberadaan musuh alami agar dapat diperoleh metode monitoring dini yang tepat untuk mengatasi masalah serangan H. hampei di Kecamatan Kepahiang dan Kecamatan Ujan Mas.