PENGARUH PENGGUNAAN LIMBAH FIBER DAN ABU FIBER TERHADAP KARAKTERISTIK JAMUR TIRAM PUTIH (Pleorotus ostreatus)

Main Authors: Habibie, Ilham, Budiyanto, Budiyanto, Tutuarima, Tuti
Format: Thesis NonPeerReviewed Archive
Bahasa: eng
Terbitan: , 2017
Subjects:
Online Access: http://repository.unib.ac.id/14820/1/skripsi.pdf
http://repository.unib.ac.id/14820/
Daftar Isi:
  • Fiber dan abu fiber merupakan limbah padat dari kelapa sawit yang dapat dijadikan sebagai substrat alternatif yaitu digunakan sebagai media tanam jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus). Dalam komposisi fiber dan abu fiber dapat menghasilkan nilai tambah serta menghasilkan jamur tiram putih yang optimal. Tujuan penelitian ini adalah Menentukan komposisi fiber dan abu fiber yang terbaik untuk menghasilkan jamur tiram putih lokal yang optimal dan menentukan nilai tambah dari pemanfaatan fiber dan abu fiber sebagai media tanam jamur tiram putih. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2016 di Medan Baru Kelurahan Kandang Limun, Kota Bengkulu. Adapun rancangan Penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu faktorial yaitu komposisi media tumbuh jamur yang terdiri atas komposisi fiber dan abu fiber dengan perbandingan 10% : 90%, 50% : 50% dan 90% :10% dengan 5 kali ulangan Sehingga diperoleh 15 unit percobaan. Parameter yang diamati dalam penelitian adalah penyebaran miselium, diameter jamur, tinggi jamur, dan total berat jamur serta nilai tambah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Komposisi perlakuan fiber dan abu fiber semuanya berpengaruh nyata terhadap lama penyebaran miselium, diameter jamur, tinggi jamur dan total berat jamur. waktu penyebaran miselium paling cepat diperoleh komposisi 90%+10% yaitu 25 hari. waktu penyebaran miselium paling lama diperoleh komposisi 50%+50% yaitu 29 hari. Tetapi pada komposisi 10%+90% miselium tidak tumbuh. Untuk diameter jamur tebesar diperoleh pada komposisi 90%+10% yaitu 8,89 cm. Sedangkan diameter jamur terkecil diperoleh dari komposisi 50%+50% yaitu 7,65 cm. Akan tetapi pada komposisi 10%+90% tidak ditumbuhi jamur sehingga tidak menghasilkan diameter jamur. Untuk tinggi jamur tertinggi diperoleh pada komposisi 50%+50% yaitu 4,99 cm. Sedangkan tinggi jamur terendah diperoleh pada komposisi 90%+10% yaitu 3,96 cm. Akan tetapi pada komposisi 10%+90% tidak ditumbuhi jamur sehingga tidak ada tinggi jamur yang dihasilkan. Total berat jamur pada komposisi 90%+10% memiliki total berat jamur tertinggi yaitu 226 gram. Sedangkan pada komposisi 50%+50% memiliki berat jamur yaitu 198 gram. Akan tetapi pada perlakuan A1 tidak ditumbuhi jamur sehingga tidak ada berat yang dihasilkan. Untuk perhitungan nilai tambah dari bahan baku ke pembuatan baglog diperoleh dalam 4 jam seorang tenaga kerja mampu memproduksi 5 baglog media jamur. Bahan baku yang diperlukan dalam membuat 5 baglog jamur adalah 5 kg yang terdiri dari fiber 4,5 kg dan abu fiber 0,5 kg. faktor konversi sebesar 1 yang menunjukkan dengan mengolah 1 kg bahan baku akan menghasilkan 1 baglog. Koefisien tenaga kerja 0,5 ini menunjukkan bahwa dalam mengolah 1 kg bahan baku menjadi baglog diperlukan 0,5 HOK. Apabila harga produk sebesar Rp 3000,- dan faktor konversi 1 maka nilai produksi sebesar Rp 3000,-. Nilai produk ini dialokasikan untuk bahan baku yang berupa fiber dan abu fiber seharga Rp 340,- dan bahan penolong dengan nilai Rp 1487,5,-. Dengan demikian nilai tambah yang tercipta dari setiap kilogram bahan baku adalah 1172,5 dengan rasio nilai tambah sebesar 39,08%. Selanjutnya imbalan tenaga kerja dari setiap baglog yang di inkubasi Sebesar Rp 125,-. Dengan demikian bagian tenaga kerja dalam 1 baglog menjadi jamur sebesar Rp 1047,5,- dengan tingkat keuntungan sebesar 89,33% dari nilai produksi. Sedangkan untuk nilai tambah dari baglog ke produksi jamur diperoleh dalam 2 jam seorang tenaga kerja mampu memproduksi 2,26 kg jamur tiram. Bahan baku yang diperlukan dalam memproduksi jamur adalah 5 baglog. Faktor konversi sebesar 0,452 yang menunjukkan didalam 1 baglog maka akan menghasilakn jamur 0,452 kg. Koefisien tenaga kerja 0,05 ini menunjukkan bahwa 1 baglog diperlukan 0,05 HOK. Apabila harga produk sebesar Rp 25.000,- dan faktor konversi sebesar 0,452 maka nilai produk sebesar Rp 11.300.-. Nilai produk ini dialokasikan untuk bahan baku seharga Rp 3000,- dan bahan lain dengan nilai Rp 3.450,-. Dengan demikian, nilai tambah yang tercipta dari setiap 1 baglog adalah Rp 4.850,- dengan rasio nilai tambah sebesar 42,92%. Selanjutnya imbalan tenaga kerja dari setiap baglog yang di inkubasi Sebesar Rp 50,-. Dengan demikian bagian tenaga kerja dalam 1 baglog menjadi jamur sebesar Rp 4.800,dengan tingkat keuntungan sebesar 99,96% dari nilai produksi.