POTENSI EKSTRAK DAUN CEMPAKA (Michelia campaca) SEBAGAI BIOFUNGISIDA DALAM UPAYA PENGENDALIAN PENYAKIT LAYU FUSARIUM PADA TANAMAN CABAI

Main Authors: Shobri, Ahmad, Pamekas, Tunjung, Sariasih, Yenny
Format: Thesis NonPeerReviewed Archive
Bahasa: eng
Terbitan: , 2017
Subjects:
Online Access: http://repository.unib.ac.id/14442/1/SKRIPSI%20Ahmad%20Sobri%20E1J011004.pdf
http://repository.unib.ac.id/14442/
Daftar Isi:
  • Luas areal pertanaman cabai di Indonesia paling luas diantara tanaman sayuran lainnya, namun luasnya areal pertanaman tidak diikuti oleh tingginya produktivitas cabai. Berkurangnya produktivitas tanaman cabai tersebut disebabkan oleh banyak faktor salah satunya adalah serangan Organisme Pengganggu Tanaman. Penyakit yang sering menyerang tanaman cabai adalah penyakit layu yang disebabkan oleh cendawan Fusarium. Penyakit layu Fusarium sulit dikendalikan secara kimiawi, namun penggunaan pestisida sintetik masih saja digunakan untuk mengendalikan penyakit pada tanaman cabai. Salah satu upaya untuk mengurangi penggunaan pestisida sintetik diperlukan Biofungisida yang mampu menandingi pestisida sintetik. Salah satu tanaman yang potensial sebagai pestisida nabati adalah cempaka putih. Penelitian ini bertujuan untuk mencari konsentrasi ekstrak daun cempaka yang paling baik dalam menghambat perkembangan penyakit layu Fusarium pada tanaman cabai. Percobaan penelitian dilakukan dengan dua tahapan yaitu In vitro dan In vivo. Pada penelitian In vitro menggunakan konsentrasi yang terdiri dari 6 taraf, yaitu K0 = 0 ppm, K1 = 100 ppm, K2 = 250 ppm K3 = 500 ppm K4 = 750 ppm dan K5 = 1000 ppm setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali sehingga didapatkan 18 satuan percobaan. Sedangkan pada penelitian In vivo menggunakan dua faktor, yaitu kosentrasi yang terdiri dari 6 taraf K0 = 0 ppm, K1 = 1000 ppm, K2 = 2500 ppm K3 = 5000 ppm K4 = 7500 ppm dan K5 = 10000 ppm, dan frekuensi waktu penyemprotan ekstrak daun cempaka ekstrak yang terdiri dari 2 taraf, yaitu F1 = pemberian ekstrak daun cempaka 1 minggu sekali dan F2 = pemberian ekstrak daun cempaka 2 minggu sekali. Setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali sehingga didapatkan 36 satuan percobaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak dari daun cempaka berpotensi sebagai Biofungisida yang mampu menghambat pertumbuhan jamur Fusarium. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun cempaka yang diberikan semakin tinggi daya hambat terhadap pertumbuhan jamur Fusarium, pemberian ekstrak daun cempaka konsentrasi 1000 ppm pada penelitian In vitro mampu menghambat pertumbuhan jamur paling baik dibandingkan perlakuan lainnya. Dari hasil In vivo pemberian ekstrak daun cempaka konsentrasi 7500 ppm dan 10000 ppm masing masing mampu menekan serangan jamur Fusarium ditunjukkan oleh masa inkubasi dan intensitas serangannya masing-masing adalah 0 hari dan 0%. (Program studi Agroekoteknologi, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu)