ROMAN MEMANG JODOH KARYA MARAH RUSLI DAN ROMAN TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK KARYA HAMKA (SUATU KAJIAN SASTRA BANDINGAN)
Main Authors: | PURWANINGSIH, RETNO, Agustina, Emi, Canrhas, Amril |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Archive |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2016
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.unib.ac.id/13615/1/skripsi_Retno_Purwaningsih.pdf http://repository.unib.ac.id/13615/ |
Daftar Isi:
- Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui norma yang dapat menyebabkan konflik dan penyelesaian konflik yang terdapat dalam roman Memang Jodoh karya Marah Rusli dan roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka. Untuk mencapai tujuan tersebut, penulis menggunakan kerangka perbandingan. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Hasil pembahasan dalam penelitian ini yaitu roman Memang Jodoh karya Marah Rusli dan roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka sama-sama menceritakan mengenai kekuasaan mamak terhadap kemenakan dan juga kuatnya peraturan adat istiadat Minangkabau dalam mengatur urusan perkawinan dan warisan. Dalam kedua roman ini digambarkan bahwa perkawinan bukan urusan siapa yang hendak kawin saja, tetapi juga urusan ninik mamak, orangtua dan kaum. Seseorang yang berasal dari Padang harus menikah dengan sesama orang Padang, sebab jika tidak dilakukan maka akan menjadi hutang bagi orangtua, ninik, mamak, dan juga kaumnya terhadap bangsanya. Perbedaan kedua roman ini adalah sikap tokoh utama dalam menyikapi masalah dengan mamak yang berdampak pada akhir dari cerita dalam kedua roman tersebut. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan: 1) Norma-norma yang dapat menyebabkan munculnya konflik dalam kedua roman tersebut yaitu pertentangan terhadap kuasa mamak kepada kemenakan yang disebabkan sistem kekeluargaan matrilineal, dan suatu aturan bahwa orang Padang harus menikah dengan orang yang juga berasal dari Padang. 2) Penyelesaian dalam roman Memang Jodoh berakhir dengan kebahagiaan tokoh Hamli dan Din Wati. Sementara itu, roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck berakhir dengan penderitaan yang berujung pada kematian tokoh Hayati, Zainuddin, dan Aziz