MITOS PERMAINAN RAKYAT KELOMPOK ETNIK REJANG DI KABUPATEN KEPAHIANG
Main Authors: | ALFIAN, MUHAMMAD, Sarwono, Sarwit, Amrizal, Amrizal |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Archive |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2016
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.unib.ac.id/13603/1/SKRIPSI-MUHAMMAD%20ALFIAN%20%28A1A012036%29.pdf http://repository.unib.ac.id/13603/ |
Daftar Isi:
- Tujuan penelitian ini untuk menjelaskan makna tanda pada mitos yang terdapat dalam permainan rakyat kelompok etnik Rejang di Kabupaten Kepahiang. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode etnografi yang memahami cara masyarakat dalam berinteraksi dan bekerja sama melalui fenomena yang teramati dalam kehidupan sehari-sehari. Di dalam penelitian ini membahas mitos permainan rakyat kelompok etnik Rejang yang terdiri dari Silat Keturunan, Setuo, dan Sangdiacak dengan mengungkap pesan yang terkonotasi dalam sistem penandaannya. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka didapatkan hasil sebagai berikut: (1) Terdapat 19 permainan rakyat di Kabupaten Kepahiang, antara lain Gasing, Belacik, Layang-Layang, Somok, Tam Tam Buku, Sekhenok, Sangdiacak, Bumung, Silat Keturunan, Bunyin Bunyin, Lompek Kodok, Mobil-mobilan, Bola Jeruk, Badus, Setuo, Sangkujang, Bunyin Bunyin Butew, Jelangkung, dan Taji-taji; (2) Di antara permainan rakyat tersebut terdapat 3 permainan asli milik kelompok etnik Rejang yang didapat berdasarkan landasan historis, ciri pembeda, dan keberadaan tunggal, yang antara lain permainan silat keturunan, permainan setuo, dan permainan Sangdiacak; dan (3) Silat keturunan mengandung mitos sebagai pertunjukan untuk menghibur masyarakat atas dasar sifat tontonan yang dikandungnya. Silat Keturunan sebagai ungkapan kejantanan dan kekuatan lakilaki mengalami distorsi bahwa pada masa kini keberingasan dan terampil membunuh tidak lagi menjadi simbol untuk melindungi melainkan sebuah parodi yang sudah dilebih-lebihkan. Setuo men gandung mitos bahwa dalam larangan melaksanakannya pada malam hari merupakan wujud rasa khawatir akan terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan. Setuo tampil dengan serderhana dan gamblang yang menandakan bahwa sesuatu yang sederhana tidak bisa diremehkan. Namun, permainan setuo merupakan proses pembodohan berkepanjangan yang mulai ditolak masyarakat dengan gerakan larangan bermainnya. Sangdiacak mengandung mitos bahwa persamaan antara laki-laki dan perempuan dalam status sosial dan status mental, ternyata perempuan memiliki daya untuk bersikap sebagai pejuang, sedangkan laki-laki di balik sisi kejantanan tetaplah memiliki sisi lembut. Sangdiacak adalah simbol kerukunan dan keadilan.