PERBEDAAN WAKTU KOMPETISI GULMA PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt) DI PERTANIAN ORGANIK

Main Author: Sigalingging, Dedy Hermanto
Format: Thesis NonPeerReviewed Archive
Bahasa: eng
Terbitan: , 2017
Subjects:
Online Access: http://repository.unib.ac.id/12759/1/SKRIPSI%20DEDY%20SIGALINGGING.pdf
http://repository.unib.ac.id/12759/
Daftar Isi:
  • PERBEDAAN WAKTU KOMPETISI GULMA PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt) DI PERTANIAN ORGANIK. (Dedy Hermanto Sigalingging, di bawah bimbingan Dr. Ir. Uswatun Nurjanah, M.P. dan Prof. Ir. Nanik Setyowati, M.Sc., Ph.D. 2016, 55 halaman). Dalam pertumbuhannya, setiap tumbuhan memiliki kebutuhan akan air, cahaya, unsur hara, ruang tumbuh, CO2 serta unsur pendukung lainnya dalam jumlah tertentu sebagai penunjang metabolismenya. Demikian pula bagi tanaman budidaya, bila tidak mampu memenuhi kebutuhan tersebut maka pertumbuhannya akan terganggu bahkan mati. Salah satu penyebab tanaman budidaya tidak mampu memenuhi kebutuhan tersebut adalah karena keberadaan gulma di pertanaman. Gulma menjadi kompetitor tanaman budidaya karena kebutuhan hidup antara tanaman budidaya dan gulma sama. Hal tersebut juga berlaku pada tanaman jagung manis yang sangat peka terhadap air, unsur hara, cahaya, serta faktor pendukung metabolisme lainnya. Setiap tanaman mempunyai kemampuan berkompetisi yang berbeda-beda yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu jenis tanaman, jenis gulma, populasi tanaman, kepadatan gulma, dan lama kompetisi yang terjadi. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan pengaruh lama kompetisi gulma terhadap pertumbuhan dan produksi jagung manis pada sistem pertanian organik. Penelitian ini telah dilaksanakan pada Bulan Oktober 2015 sampai dengan Bulan Januari 2016 di Desa Ujan Mas Atas, Kecamatan Ujan Mas, Kabupaten Kepahiang, Provinsi Bengkulu pada ketinggian tempat ± 617 m dpl. Rancangan penelitian yang digunakan yaitu Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) dengan satu faktor, dimana terdapat tujuh faktor perlakuan yaitu G2 (periode bergulma dari awal tanam hingga umur 2 MST); G4 (periode bergulma dari awal tanam hingga umur 4 MST); G6 (periode bergulma dari awal tanam hingga umur 6 MST); G8 (periode bergulma dari awal tanam hingga umur 8 MST); G10 (periode bergulma dari awal tanam hingga umur 10 MST); G12 (periode bergulma dari awal tanam hingga umur 12 MST); dan G0 (periode bebas gulma dari awal tanam hingga umur 12 MST) dan setiap perlakuan diulang sebanyak empat kali. Data yang diperoleh dianalisis secara statistik menggunakan sidik ragam (ANAVA) dengan taraf α=5%. Bila terdapat perbedaan nyata maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) dengan taraf 5%. Guna menjelaskan hubungan periode bergulma dengan variabel pengamatan maka dilakukan analisis korelasi. Selanjutnya dihitung indeks kompetisi dengan pendekatan regresi yang menunjukkan hubungan antara variabel pengamatan dan berat kering gulma. Hasil penelitian menunjukkan bahwa periode bergulma berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah biji per baris, panjang tongkol tanpa kelobot, bobot pertongkol tanpa kelobot, bobot kering berangkasan atas per tanaman, bobot kering berangkasan total per tanaman dan berat kering gulma. Pengaruh periode bergulma mengakibatkan penurunan pada tinggi tanaman sebesar 1,84%, jumlah daun 2,31%, jumlah biji per baris 0,9%, panjang tongkol tanpa kelobot 0,66%, bobot per tongkol tanpa kelobot 1,31%, bobot kering berangkasan atas per tanaman 3,22%, bobot kering berangkasan total per tanaman 3,21%. Namun periode bergulma mengakibatkan peningkatan berat kering gulma sebesar 71,59%. Secara umum, gulma yang dibiarkan hingga 4 MST, pertumbuhan dan hasil jagung manis lebih rendah dibandingkan bila gulma dikendalikan selama pertumbuhan. Bobot tongkol jagung manis mengalami penurunan hingga 23,4%, sementara bobot kering berangkasan kering per tanaman jagung manis mengalami penurunan hingga 42,2% bila tidak dilakukan pengendalian hingga panen. Berdasarkan hasil analisis indeks kompetisi, dihasilkan indeks kompetisi tertinggi pada variabel pertumbuhan yaitu berat kering berangkasan atas per tanaman. Pada variabel hasil didapatkan indeks kompetisi tertinggi pada variabel bobot per tongkol tanpa kelobot. (Program Studi Agroekoteknologi, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu)