MODE PRODUKSI PADA KOMUNITAS NELAYAN (Studi Kasus Hubungan Kerja Antara Juragan dan Nelayan Buruh di Kawasan Pulau Baai Kota Bengkulu)
Main Authors: | Damayanti, Elia, Putra, Satria |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Archive |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2017
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.unib.ac.id/12506/1/LIA%20SKRIPSI%20OK.pdf http://repository.unib.ac.id/12506/ |
Daftar Isi:
- Sektor kelautan dan perikanan sebagai sektor potensial bagi sumber pertumbuhan ekonomi baru merupakan sumber penghidupan masyarakat banyak.Potensi sumber daya kelautan terutama di Provinsi Bengkulu yang berada di garis pantai barat Indonesia menyebabkan banyak aktivitas atau usaha dibidang perikanan sesuai dengan kondisi lokasinya. Menurut data BPS (2015) Penduduk yang menggantungkan hidupnya sebagai nelayan di Provinsi Bengkulu berjumlah 12.806 jiwa. Jumlah yang cukup banyak tersebut menandakan bahwa sektor perikanan tangkap adalah sektor yang cukup penting untuk dikembangkan demi kesejahteraan masyarakat didalamnya. Saat ini modernisasi di bidang perikanan terus menciptakan teknologi maju dan pengetahuan baru yang mendorong peningkatan produktivitas yang lebih tinggi dan hasil olahan yang beragam. Selain itu modernisasi melalui bentuk inovasi teknologi dalam suatu masyarakat menciptakan variasi dan spesialisasi pekerjaan serta formasi sosial.Formasi sosial adalah mode produksi (mode of production) yang terdiri dari kekuatan produksi yaitu alat-alat kerja, manusia dan kecakapannya dan pengalaman produksi (teknologi) dan hubungan produksi yang mencakup hubungan kerjasama atau pembagian kerja dalam proses produksi. Perubahan alat tangkap dan jenis kapal dalam modernisasi perikanan telah meningkatkan produksi perikanan. Perkembangan wilayah dan penduduk kawasan Pulau Baai sejalan dengan perkembangan modernisasi perikanan tangkap di kawasan Pulau Baai. Masuknya budaya dan teknologi yang berasal dari luar daerah membuat perubahan armada dan alat tangkap serta sistem penangkapan yang bertujuan untuk peningkatan kuantitas dan kualitas perikanan tangkap. Periode perkembangan modernisasi perikanan di kawasan Pulau Baai dibedakan menjadi 4 periode berdasarkan alat tangkap dan armada tangkap yang dominan dari masa ke masa. Perkembangan wilayah dan penduduk kawasan Pulau Baai sejalan dengan perkembangan modernisasi perikanan tangkap. Pada awal 1960an ketika Orang Bugis masuk ke kawasan Pulau Baai sudah banyak yang menggunakan Lancang dengan motor tempel sebagai perahu transportasi serta sebagai armada tangkap saat melaut. Kekuatan produksi pada setiap fase modernisasi yaitu Lancang dengan armada tangkap yaitu perahu lancang serta alat tangkap jala dan pancing. Pada fase Lancang terjadi hubungan produksi subsisten dengan struktur organisasi egaliter, sifat non-eksploitatif, serta kontrol penuh pada juragan. Sebutan juragan mulai diperkenalkan pada periode Trawl dengan berdatangannya beberapa juragan dari daerah Sibolga pada tahun 1980an.Pada fase Trawl dengan armada Kapal Trawl dan alat tangkap pukat harimau (Trawl).Pada fase Trawl terjadi hubungan produksi komersialis dengan struktur organisasi hierarkis sederhana, sifat non-eksploitatif, serta kontrol parsial pada juragan.Bagan mulai masuk ke Pulau Baai pada tahun 1980 dan mulai eksis tahun 1990 diiringi dengan kemajuan teknologi seperti radar dan komputer di tahun 1997.Pada fase bagandengan armada Kapal Bagan dan alat tangkap jarring angkat. Pada fase Bagan terjadi hubungan produksi komersialis dengan struktur organisasi hierarkis, sifat eksploitatif, serta kontrol parsial pada juragan..Awal tahun 2000, Efendi, juragan kapal Bengkulu mulai membeli beberapa kapal purse seine yang merupakan kapal ikan terbesar di Provinsi Bengkulu saat ini.Pada fase Purse Seine dengan armada KapalPurse Seine dan alat tangkap pukat cincin(Purse Seine).Pada fase Purse Seine terjadi dua hubungan produksi yaitu produksi komersialis dan produksi kapitalis dengan struktur organisasi hierarkis, sifat non-eksploitatif, serta kontrol parsial pada juragan. (Program Study Agribisnis, Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu)