KOMPARASI USAHATANI MONOKULTUR KOPI DENGAN TUMPANGSARI KOPI DAN CABE RAWIT DI DESA SOSOKAN TABA KECAMATAN MUARA KEMUMU KABUPATEN KEPAHIANG
Main Authors: | Toni, Asuan, Romdhon, M.Mustopa, Netti, Nyanyu |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Archive |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2017
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.unib.ac.id/12338/1/SKRIPSI%20ASUAN%20TONI.pdf http://repository.unib.ac.id/12338/ |
Daftar Isi:
- Indonesia terkenal dengan sebutan negara agraris, hal ini dapat ditunjukkan dengan besarnya luas lahan yang digunakan untuk pertanian. Sektor pertanian masih tetap akan berperan besar dalam pembangunan ekonomi Indonesia, sektor pertanian menjadi sektor unggulan dalam menyusun strategi pembangunan nasional. Sektor pertanian diposisikan sebagai sektor andalan perekonomian nasional, Hal ini sejalan dengan prioritas pembangunan ekonomi kabinet Indonesia Bersatu, dimana salah satunya adalah revitalisasi pertanian dan perdesaan. Provinsi Bengkulu memiliki lahan perkebunan kopi yang cukup luas, lahan-lahan tersebut terletak di setiap kabupaten-kabupaten di provinsi Bengkulu, salah satu kabupaten yang memiliki lahan perkebunan kopi yang cukup luas adalah kabupaten kepahiang khususnya di Desa Sosokan Taba Kecamatan Muara Kemumu Kabupaten Kepahiang, Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pendapatan dari usahatani monokultur kopi robusta dan tumpangsari dan membandingkan efisiensi usahatani, lokasi penelitian ini di Desa Sosokan Taba Kecamatan Muara Kemumu Kabupaten Kepahiang. Total responden adalah 72 petani kopi yang terdiri dari 45 petani monokultur dan 27 petani tumpangsari dari 247 petani kopi. Hasil penelitian ini menunjukkan rata-rata penerimaan dari usahatani monokultur adalah Rp. 3.2800.009,26 per bulan atau Rp. 1.183.146,75 per hektar, sedangkan usahatani tumpangsari adalah Rp. 1.225.659,72 per bulan atau Rp. 4.256.907,28 per hektar. Efisiensi tumpangsari kopi dengan cabe rawit lebih besar daripada usahatani monokultur kopi.