SIKAP PETANI TEMBAKAU TERHADAP PROGRAM KEMITRAAN ASOSIASI PETANI TEMBAKAU INDONESIA (APTI) LAMPUNG BARAT DI DESA LOMBOK KECAMATAN LUMBOK SEMINUNG KABUPATEN LAMPUNG BARAT
Main Authors: | Reinaldi, Rizka, Redy, Badrudin, Ketut, Sukiyono |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Archive |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2017
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.unib.ac.id/12281/1/RIZKA%20REINALDI%20%28SKRIPSI%29.pdf http://repository.unib.ac.id/12281/ |
Daftar Isi:
- Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) adalah salah satu organisasi profesi yang berbentuk kesatuan dengan ruang lingkup nasional atas dasar kesamaan kegiatan profesi dan fungsi dibidang tanaman tembakau. Keberhasilan program kemitraan APTI Lampung Barat sangat ditentukan oleh sikap masing-masing pihak yang terkait dalam program tersebut. Sikap petani tembakau terhadap program kemitraan akan berdampak pada keberlanjutan dan keberhasilan program kemitraan, semakin baik sikap yang ditimbulkan oleh peserta kemitraan maka semakin baik pula hubungan yang terjalin. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji karakteristik faktor-faktor pembentuk sikap petani tembakau dalam program kemitraan APTI Lampung Barat, mengkaji sikap petani tembakau terhadap program kemitraan APTI Lampung Barat, dan mengkaji hubungan antara faktor-faktor pembentuk sikap petani tembakau dengan sikap petani tembakau terhadap program kemitraan APTI Lampung Barat. Pemilihan responden dilakukan dengan secara sensus, yaitu seluruh petani tembakau yang mengikuti program kemitraan APTI Lampung Barat. Pengumpulan data melalui data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara dan penyebaran kuesioner. Sedangkan data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan dan berbagai literatur yang terkait dengan penelitian. Faktor-faktor pembentuk sikap petani dianalisis dengan teknik skoring, meliputi: pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, pendidikan formal, pendidikan non formal dan kecenderungan petani mengikuti usahatani di masa lalu. Sikap petani tembakau dianalisis melalui teknik analisis statistic deskriftif. Untuk menganalisis hubungan antara faktor-faktor pembentuk sikap dengan sikap petani terhadap program kemitraan APTI Lampung Barat digunakan uji korelasi rank spearman. Selain itu, uji t juga diperlukan untuk memutuskan apakah hipotesis diterima atau ditolak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor pembentuk sikap petani yakni pengalaman pribadi berada pada kategori sedang dengan persentase rendah sebesar 55,32 % dan kategori tinggi sebesar 44,68 %, pengaruh orang lain yang dianggap penting tergolong sedang 57,45 %, pendidikan formal tergolong sedang dengan persentase 65,96 %, pendidikan non formal berada pada kategori rendah dengan persentase 68,09 % dan kecenderungan petani mengikuti usahatani di masa lalu berada pada kategori rendah dengan persentase sebesar 72,34 %. Sikap petani terhadap program kemitraan tergolong cukup baik. Dari hasil analisis korelasi rank spearman antara faktor-faktor pembentuk sikap dengan sikap petani terhadap program kemitraan APTI Lampung Barat, memiliki hubungan yang nyata pada taraf kepercayaan 95 % antara pengalaman pribadi, pendidikan formal dan pendidikan non formal dengan sikap petani dengan masingmasing nilai koefisien korelasi (rs) 0,315, 0,340, 0,300, artinya semakin tinggi pengalaman petani, pendidikan formal dan pendidikan non formal maka semakin baik pula sikap petani terhadap program kemitraan APTI Lampung Barat, terdapat hubungan nyata pada taraf kepercayaan 99 % antara pengaruh orang lain yang dianggap penting dengan sikap petani tembakau dengan nilai koefisien korelasi (rs) 0,461, artinya semakin banyak petani mendapat ajakan dan saran dari orang-orang yang dianggap penting maka semakin baik pula sikap petani terhadap program kemitraan APTI Lampung Barat dan tidak terdapat hubungan yang nyata pada taraf kepercayaan 95 % antara kecenderungan petani mengikuti usahatani di masa lalu terhadap sikap petani dengan nilai koefisien korelasi (rs) 0,124, artinya petani dalam mengusahakan usahatani tembakau tidak terpengaruh dari kegiatan usahatani tembakau masyarakat sebelumnya.