BALI AGA DALAM PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA

Main Author: Tanu, I Ketut; Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar
Format: Article info application/pdf eJournal
Bahasa: ind
Terbitan: Institut Hindu Dharma Negeri , 2019
Online Access: http://ejournal.ihdn.ac.id/index.php/vs/article/view/698
http://ejournal.ihdn.ac.id/index.php/vs/article/view/698/584
Daftar Isi:
  • Berbagai julukan yang diberikan kepada Bali seperti pulau surga (the paradise island), pulau seribu pura (the island with thousand temple), pulau dewata (the Gods island), atau paginya dunia (the morning of the wolrd), tampaknya bukan sesuatu yang berlebihan. Namun demikian, fenomena belakangan ini menunjukkan bahwa Bali telah berubah. Wajah Bali masa kini tidak lagi secantik Bali tempoe doeloe. Sementara bangunan-bangunan suci berdiri dengan megahnya, ritual keagamaan yang semakin marak, serta tingginya intensitas ceramah keagamaan, di sisi lain kafe remang-remang, prostitusi ilegal, dan tindakan kriminalitas lainnya juga semakin menjamur. Wajah Bali yang dahulu dilukis dengan religiusitas, keramah-tamahan masyarakat, dan pesona alaminya, kini mulai menampakkan sisi gelapnya seiring berjalannya waktu. Lebih celaka lagi, fenomena paradoks tersebut hadir dalam satu wilayah yang sama, yakni desa pakraman. Padahal, desa pakraman merupakan wadah berlangsungnya segala aktivitas adat, budaya, dan agama masyarakat Bali yang dijiwai oleh nilai-nilai agama Hindu. Fenomena di atas menunjukkan manusia Bali dewasa ini sedang mengalami kegamangan dan kebingungan di tengah gelombang perubahan yang berlangsung begitu cepat dan rumit. Daya tahan kebudayaan pun makin rapuh di tengah kuatnya terjangan globalisasi dan modernisasi. Identitas Bali secara kultural menjadi makin kabur di tengah benturan kebudayaan global. Memang tak dapat dipungkiri bahwa globalisasi dan modernisasi telah menghegemoni dan mendominasi dunia sehingga tidak ada satu bangsa pun yang dapat menolaknya. Sebagaimana telah diramalkan bahwa ideologi kapitalisme dan demokrasi liberal yang menjadi pemenang dalam perang dingin akan menjadi akhir dari sejarah manusia. Oleh karena itu, kebertahanan budaya Bali saat ini tergantung pada kesiapan orang Bali dalam menyikapi globalisasi dan modernisasi.Kata Kunci: Bali Aga, Perubahan