Daftar Isi:
  • ABSTRAK Pembentukan parut akibat ulserasi kornea merupakan penyebab utama kebutaan dan gangguan pengelihatan diseluruh dunia. Di Indonesia, kasus kekeruhan kornea masih merupakan masalah kesehatan mata. Kasus keratomikosis dari waktu ke waktu prevalensinya terus mengalami peningkatan. Hal ini karena kurangnya seseorang menjaga personal higienik dan sanitasi lingkungan Kelainan ini menempati urutan kedua dalam penyebab utama kebutaan. Kekeruhan kornea terutama disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, atau jamur dengan gejala sisa berupa parut kornea yang luasnya sesuai dengan kerusakan stroma yang ditimbulkannya. Kebanyakan gangguan penglihatan ini dapat dicegah, namun hanya bila diagnosis penyebabnya ditetapkan secara dini dan diobati secara memadai. Dalam 30 tahun terakhir dilaporkan terjadi peningkatan jumlah infeksi kornea akibat jamur (keratomikosis) dengan jamur penyebab utama adalah Fusarium Sp. dan Aspergillus Sp. Secara klinis keratomikosis sering tidak terdiagnosis sehingga diperlukan diagnostik laboratorik untuk membantu diagnosis klinis keratomikosis. Pemeriksaan dilakukan terhadap 40 penderita tersangka keratomikosis yang datang ke RS Mata Cicendo Bandung dengan memeriksa kerokan kornea penderita yang selanjutnya dibuat sediaan langsung dengan ditetesi KOH 10% lalu ditanam pada media pembenihan jamur. Hasilnya dillihat di bawah mikroskop untuk mengetahui spesies jamur penyebab keratomikosis. Dari hasil penelitian menunjukkan hasil yang positif sebanyak 28 kasus (70%) dan 12 kasus (30%) menunjukkan hasil yang negatif setelah di kultivasi lalu di periksa dibawah mikroskop.